1. Prasejarah
Kebudayaan di asia tenggara pada masa
prasejarah dapat diketahui dengan jelas setelah kira-kira tiga warsa yang lalu.
Dari hasil penelitian ahli prasejarah berpendapat bahwa kebudayaan pada masa
prasejarah di Asia Tenggara memberi gambaran yang baru tentang asal-usul
peradaban tertua di dunia, hal tersebut diketahui dengan adanya hasil penemuan
arkeologis-prasejarah di Asia Tenggara akhir-akhir ini.
Wilayah kebudayaan Asia Tenggara pada
masa prasejarah, terdiri dari dua bagian yaitu, Asia Tenggara daratan dan Asia
Tenggara kepulauan. Wilayah Asia Tenggara Daratan meliputi daerah yang
membentang dari pegunungan Chhin-Ling, yang terletak disebelah utara sungai
Yang-Tse di Tiongkok hingga ke daerah Semenanjung Malaka. Dan ke arah barat
membentang dari Laut Tiongkok Selatan ke daerah Birm hingga Assam. Sedangkan
Asia Tenggara kepulauan meliputi daerah sekitar kepulauan Andaman, menyusur
Birma bagian selatan, kemudian ke Formusa dan dalam jangkauan ini termasuk
kedalamnya wilayah Indonesia dan Philipina.
Kehidupan tentang prasejarah di Asia
Tenggara, dikemukakan secara agak panjang lebar oleh Antropolog bangsa Austria
yang bernama Robert von Heine Geldern sekitar tahun 1932. Menurut teorinya
penduduk yang dewasa ini mendiami kawasan asia tenggara, terjadi setelah adanya
perpindahan penduduk yang terjadi secara bergelombang sebagai akibat
perpindahan bangsa-bangsa di wilayah Asia pusat. Gelombang perpindahan yang
terpenting adalah yang berasal dari daerah Yunnan dari daratan Cina sebelah
Utara, penduduk dari daerah ini adalah pendukung kebudayaan pahat persegi empat
yang juga dikenal dengan istilah Kapak Persegi panjang. Karena desakan
bangsa-bangsa disebelah utaranya maka terjadilah perpindahan dari wilayah
daratan Asia Tenggara ini ke berbagai daerah kepulauan yang terletak di selatan
yaitu, kepulauan Indonesia, philipina, formus dan bahkan ke Jepang. Dalam taraf
ini berkembanglah kebudayaan batu baru atau lazim dikenal dengan sebutan
kebudayaan Neolitikum. Untuk tingkat kebudayaan yang lebih tua yaitu tingkat
kebudayaan batu-tua atau paleolitikum dan mesolitikum daerah Asia Tenggara juga
tampil sebagai pusat yang terpenting. Daerah pengaruh kebudayaan batu tua dari
Asia Tenggara terlihat dari di daerah Asia Tmur hingga sungai Sindu di Pakistan
barat. Bagi prasejarah Asia Tenggara, istilah Paleolithikum, kurang tepat jika
dihubungkan dengan babakan waktu, atau menunjuk kepada periode tertentu, tetapi
lebih tepat merupakan pengertian suatu kebudayaan, sebab di wilayah Asia
Tenggara, dalam masyarakat yang hidup terasing, dari kebudayaan atau peradaban
dewasa ini, alat-alat Paleolitik masih dipakai serta berkembang terus. Hal ini
tidak demikian di Eropa, di kontinen Eropa sudah dapat dipastikan bahwa
kebudayaan Paleolitik selalu sezaman dengan masa Plestocene. Kebudayaan Batu
Tua ini diperkirakan telah berusia kurang lebih 15.000 tahun sebelum masehi,
dan oendukung kebudayaan itu mungkin sekali adalah manusia pithecantropus.
Sembangan dari taraf yang paling berharga zaman itu adalah pemakaian api,
teknik-teknik berburu serta kepercayaan animisme yang paling awal. (Brahmantyo,
dkk. 1973: 103)
Di Semenanjung Malaka, tepatnya di
Malaysia Utara, jenis alat Paleolithikum-bawah ditemukan di daerah sungai Puak
Hulu. Alat itu dibuat dari batu kwarsa, dan diketemukan di teras sungai,
diperkebunan karet kota Tempan. Di teras sungai Mekhong (Fingnoi) diketemukan
sejumlah kapak batu, dan perkakas ini disebut juga menurut tempat penemuannya
yaitu Fingnoian. Alat-alat dari wilayah ini memperlihatkan persamaannya yang
banyak dengan kebudayaan Anythian awal. Movius menarik kesimpulan bahwa pada
zaman Pleistocene bawah dan tengah, di Asia Tenggara berkembang kebudayaan batu
tua yang berbeda dengan paleolithikum di Eropa maupun di afrika, yaitu yang
dikenal dengan istilah kebudayaan Chelleen (Brahmantyo, dkk. 1973: 103).
Di Malaysia, terdapat temuan sisa-sisa
arkeologis di Malaysia Barat, Sabah, dan Sarawak. Semang memiliki leluhur jauh
di Semenanjung Malaya, dapat kita lihat pada permukiman pertama yang ada di
Afrika yang lebih dari 50.000 tahun lalu. Senoi muncul sebagai
kelompok campuran, dengan hampir separoh silsilah dari garis ibu moyang Semang
dan separuhnya berasal dari Indocina. Ini dapat disesuaian dengan dugaan bahwa
mereka mewakili keturunan penutur Austronesia kuno, kaum tani, yang membawa
bahasa dan teknologi mereka ke bagian selatan semenanjung kira-kira 5.000 tahun
lalu dan menyatu dengan penduduk asli. Manusia Proto Melayu
lebih beraneka ragam, dan meskipun mereka menunjukkan beberapa kaitan dengan
Asia Tenggara kepulauan, beberapa di antara negara juga memiliki leluhur di
Indocina dari zaman Last Glacial Maximum, diikuti oleh penyebaran Holosen-dini
melalui Semenanjung Malaya ke Asia Tenggara kepulauan.
Adapun
nenek moyang orang-orang yang sekarang mendiami semenanjung Malaysia pertama
yang bermigrasi ke daerah antara 2500 dan 1500 SM
Mereka yang tinggal di daerah pesisir memiliki kontak awal dengan Cina dan
India; pelaut pedagang dari India membawa bersama mereka Hinduisme, yang
dicampur dengan kepercayaan animisme setempat. As
Muslims conquered India, they spread the religion of Islam to Malaysia.
Sebagai Muslim menaklukkan India, mereka menyebarkan agama Islam ke Malaysia. In the 15th century, Islam acquired a firm hold on the
region when the Hindu ruler of the powerful city-state of Malacca, Parameswara
Dewa Shah, converted to Islam. Pada abad ke-15, Islam mengakui sisi
perusahaan terus di daerah ketika penguasa Hindu yang kuat negara-kota Malaka,
Parameswara Dewa Shah, masuk Islam.
2.
Awal
Orang Malaysia memakai
empat bahasa yang kemudian diakui sebagai bahasa mereka, yaitu bahasa Indonesia
menjadi Melayu, bahasa Inggris menjadi Melayu, bahasa Arab menjadi bahasa Jawi,
dan bahasa babi (yang terakhir memang bahasa asli) Sejarah Malaysia dimulai
sejak jaman Homo Malingicus datang ke Selat Malaka. Mereka datang dengan
kapal curian dari China, yang diberikan bendera Malaysia. Sampai di sana,
mereka menemukan orang-orang berbicara bahasa yang unik, karena bahasa yang
mereka pakai terlalu rumit, kemudian mereka membunuh orang-orang yang berbahasa
itu, sekarang dikenal dengan bahasa Indonesia. Mereka hanya merubah sedikit bagian,
seperti misalnya bahwa menjadi bahawa. Pada abad ke-14, Parameswara datang
dengan membawa pasukannya. Paramesywara merasa marah ketika penduduk asli
Malaysia ingin mengklaim bahasa Sanskerta sebagai bahasa mereka. Entah kenapa,
Paramesywara berubah 360 derajat dan tidak membunuh orang disana. Kemungkinan
disebabkan oleh kutukan bomoh disana
(http://tololpedia.wikia.com/wiki/sejarah_Malaysia, diakses 3 Mei 2010).
Seiring datangnya Eropa,
banyak hal yang dapay dipelajari oleh Malaysia. Awalnya mereka ingin mengklaim
bahwa bahasa Inggris adalah milik mereka. Tapi, karena case Harimau yang
terkenal, maka klam tersebut tidak jadi sehingga mereka hanya mengambil
sebagian dan memakainya di buku pelajaran Malaysia.
3. Sejarah Dini
Semenanjung Malaya berkembang sebagai pusat
perdagangan utama di Asia Tenggara, karena berkembangnya perdagangan
antara Cina
dan India
dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang sibuk. Claudius Ptolemaeus menunjukkan
Semenanjung Malaya pada peta dininya dengan label yang berarti "Golden Chersonese",
Selat Malaka ditulis sebagai "Sinus Sabaricus". Dari
pertengahan hingga akhir milenium pertama, sebagian besar semenanjung,
begitupun Nusantara
berada di bawah pengaruh Sriwijaya. (Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas. Malaysia, diakses 7 April 2010).
Kerajaan Melayu yang paling awal
tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada
abad 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka dan Lembah Bujang di Kedah, dan juga Beruas dan
Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan. Diperkirakan semuanya adalah
kerajaan Hindu atau Buddha. Islam tiba pada abad ke-14
di Terengganu.
Terdapat banyak kerajaan Cina dan
India pada abad ke-2 dan ke-3 Masehi—sebanyak 30 buah menurut sumber Cina.
Kedah—dikenal sebagai Kedaram, Cheh-Cha (menurut I-Ching), atau Kataha di dalam
tulisan Palawa atau bahasa Sanskerta kuno—berada di jalur serbuan pedagang dan
raja India. Rajendra Chola, Kaisar Tamil kuno, yang diduga berada di sekitar
Kota Gelanggi, menjadikan Kedah tunduk pada 1025, tetapi penggantinya, Vira
Ranjendra Chola, harus melumpuhkan pemberontakan Kedah untuk mengatasi para
penyerbu. Kedatangan Chola berhasil meredam keagungan Sriwijaya, yang memberi
pengaruh besar kepada Kedah dan Pattani bahkan sampai ke Ligor.
Kerajaan Buddha, Ligor mengambil
kendali Kedah segera setelahnya, dan rajanya, Chandrabhanu menggunakan tempat
ini sebagai basis untuk menyerang Sri Lanka pada abad ke-11, sebuah peristiwa
yang dipahat di atas prasasti batu di Nagapattinum di Tamil Nadu dan di dalam
kisah-kisah bangsa Sri Lanka, Mahavamsa.
Selama milenium pertama, masyarakat di Semenanjung Malaya mengadopsi Hindu dan
Buddha dan penggunaan bahasa Sanskerta hingga mereka beralih kepada Islam.
Ada beberapa laporan dari wilayah
lain yang lebih tua dari Kedah—misalnya kerajaan kuno Gangga Negara, di sekitar
Beruas di Perak, mendorong sejarah Malaysia lebih jauh ke belakang. Jika itu
belum cukup, sebuah puisi Tamil, Pattinapillai, dari abad ke-2 M,
menjelaskan barang-barang dari Kadaram menumpuk di jalanan ibukota Chola.
Sebuah drama sanskerta dari abad ke-7, Kaumudhimahotsva, merujuk Kedah
sebagai Kataha-nagari. Agnipurana juga menyebutkan sebuah daerah yang
dikenal Anda-Kataha dengan salah satu batasnya menggambarkan sebuah puncak
gunung, yang diyakini para sarjana sebagai Gunung Jerai. Kisah-kisah dari Katasaritasagaram
menjelaskan kemewahan hidup di Kataha.
Pada permulaan abad ke-15,
Kesultanan Melaka didirikan di bawah sebuah dinasti yang didirikan oleh
Parameswara, pangeran dari Palembang, Indonesia, di dalam kekaisaran Sriwijaya.
Penaklukan memaksa dia dan pendukungnya melarikan diri dari Palembang.
Parameswara berlayar ke Temasek untuk menghindari penganiayaan dan tiba di
bawah perlindungan Temagi, seorang penghulu Melayu dari Pattani yang ditunjuk oleh
Raja Siam sebagai bupati Temasek. Beberapa hari kemudian, Parameswara membunuh
Temagi dan mengangkat dirinya sendiri sebagai bupati. Kira-kira lima tahun
kemudian, dia meninggalkan Temasek karena ancaman dari Siam. Selama periode
ini, Temasek juga diserang oleh serombongan armada Jawa dari Majapahit.
Dia kemudian memimpin ke utara untuk
mendirikan permukiman baru. Di Muar, Parameswara berkehendak mendirikan
kerajaan barunya di Biawak Busuk atau di Kota Buruk. Mengetahui lokasi Muar
tidaklah cocok, dia meneruskan perjalanannya ke utara. Di sepanjang jalan, dia
dilaporkan telah mengunjungi Sening Ujong (nama lampau untuk Sungai Ujong
modern) sebelum sampai di sebuah perkampungan nelayan di bibir Sungai Bertam
(nama lampau untuk Sungai Melaka modern). Tempat itu lambat laun berkembang
menjadi lokasi Melaka masa kini. Menurut Tarikh Melayu, di situlah dia
menyaksikan kancil mengecoh anjing ketika berteduh di bawah pohon Melaka. Dia
mengambil apa yang dia lihat sebagai pertanda yang baik dan kemudian dia mendirikan
sebuah kerajaan yang disebut Melaka, kemudian dia membangun dan memperbaiki
fasilitas untuk tujuan perdagangan.
Peralihan agama Parameswara ke Islam
tidaklah jelas. Menurut sebuah teori oleh Sabri Zain, Parameswara menjadi
seorang Muslim ketika dia menikahi seorang Puteri Samudera Pasai dan dia
menyertakan gelar bergaya Persia "Shah", dengan menyebut dirinya
Iskandar Shah. Juga ada referensi yang menunjukkan bahwa beberapa anggota kelas
penguasa dan komunitas saudagar yang menetap di Melaka telah menjadi Muslim.
Kisah-kisah Cina menyebutkan bahwa pada 1414, putera penguasa pertama Melaka
mengunjungi Ming untuk mengabari mereka bahwa ayahnya telah wafat. Putera
Parameswara diakui secara resmi sebagai penguasa kedua Melaka oleh Kaisar Cina
dan bergelar Raja Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka
dan dia dikenal sebagai tokoh Muslim Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Shah atau
Sultan Megat Iskandar Shah, dan dia menguasai Melaka dari 1414 sampai 1424.
Kerajaan ini menguasai wilayah yang sekarang ini disebut Semenanjung Malaya,
selatan Thailand (Pattani, dan pantai timur Sumatera. Kerajaan ini berlangsung
selama lebih dari satu abad, dan dalam periode tersebut menyebarkan Islam ke
seluruh Nusantara. Melaka, sebagai pelabuhan perdagangan penting, terletak
hampir di tengah-tengah rute perdagangan Cina dan India.
Pada 1511, Melaka ditaklukan oleh
Portugal, yang mendirikan sebuah koloni di sana; maka berakhirlah Kesultanan
Melaka. Tetapi, Sultan terakhir melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan
meninggal di sana. Putera-putera Sultan Melaka terakhir mendirikan dua
kesultanan di tempat lain di semenanjung & mdash; Kesultanan Perak di
utara, dan Kesultanan Johor (mulanya kelanjutan Kesultanan Melaka kuno) di
selatan. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berjuang menguasai Selat Malaka:
Portugis (di Melaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh. Konflik ini
berlangsung sampai tahun 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan
Johor) untuk merebut Melaka.
Kerajaan ini merupakan kelanjutan
dari Kesultanan Malaka tua, tapi sekarang dikenal dengan nama Kesultanan Johor,
yang masih ada sampai sekarang. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berebut
untuk mengambil kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor,
dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda
(bersekutu dengan Kesultanan Johor) merebut Malaka.
4. Mendaratnya Britania
Sebuah geografis malaysia muncul dari wilayah dijajah
oleh Britania Raya pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh. Britania
RayaBritain's representatives gained varying
degrees of control through agreements with the Malay rulers of the peninsular
states, often made by deceit or force. mendirikan koloni pertamanya di
Semenanjung Malaya pada 1786, dengan penyewaan pulau Penang kepada Perusahaan
India Timur Britania oleh Sultan Kedah. Pada 1824, Britania Raya menguasai
Melaka setelah ditandatanganinya Traktat London atau Perjanjian
Britania-Belanda 1824 yang membagi kepemilikan Nusantara kepada Britania
dan Belanda, Malaya untuk Britania, dan Indonesia ntuk Belanda. Britain's wakil memperoleh berbagai tingkat kontrol
melalui perjanjian dengan penguasa malay negara Semenanjung, sering dibuat oleh
tipu daya atau kekuatan. Pada 1826, Britania mendirikan Koloni Mahkota di Negeri-Negeri
Selat, menyatukan kepemilikannya di Malaya: Penang, Melaka, Singapura,dan pulau
Labuan. Penang yang didirikan pada 1786 oleh Kapten Francis Light sebagai pos
komersial dianugerahkan oleh Sultan Kedah. Negeri-Negeri Selat mulanya diurus
di bawah British East Company di Kalkuta, sebelum Penang, dan kemudian
Singapura menjadi pusat pengurusan koloni mahkota, hingga 1867, ketika tanggung
jawab pengurusan dialihkan kepada Kantor Kolonial di London .
Britain was
attracted to the Malay peninsula by its vast reserves of tin, and later found
that the rich soil was also highly productive for growing rubber trees. Adapun alasan Britania tertarik ke semenanjung malay
yaitu karena teraik pada luas cadangan timah, dan kemudian menemukan bahwa
tanah yang kaya juga sangat produktif untuk menanam pohon-pohon karet. Immigrants from south China and south India came to
British Malaya as labor, while the Malay population worked in small holdings
and rice cultivation. Imigran dari selatan Cina dan selatan India datang
ke Malaya sebagai tenaga kerja, sementara penduduk bekerja di malay kepemilikan
kecil dan sawah. What was to become East Malaysia
had different colonial administrations: Sarawak was governed by a British
family, the Brookes (styled as the "White Rajas"), and Sabah was run
by the British North Borneo Company. Apa yang menjadi Malaysia Timur
pemerintahan kolonial yang berbeda: Sarawak itu diperintah oleh keluarga
Inggris, yang Brookes (bergaya sebagai "White Rajas"), dan Sabah itu
dijalankan oleh British North Borneo Company. Together
the cosmopolitan hub of British interests was Singapore, the central port and
center of publishing, commerce, education, and administration.
Bersama-sama pusat kosmopolitan kepentingan Inggris adalah Singapura, pelabuhan
utama dan pusat penerbitan, perdagangan, pendidikan, dan administrasi. The climactic event in forming Malaysia was the Japanese
occupation of Southeast Asia from 1942-1945. Acara klimaks dalam
membentuk Malaysia adalah pendudukan Jepang di Asia Tenggara 1.942-1.945. Japanese rule helped to invigorate a growing
anti-colonial movement, which flourished following the British return after the
war. When the British attempted to organize their administration of Malaya into
one unit to be called the Malayan Union, strong Malay protests to what seemed
to usurp their historical claim to the territory forced the British to modify
the plan. Penjajahan Jepang membantu untuk menyegarkan yang berkembang
gerakan anti-kolonial, yang berkembang setelah Inggris kembali setelah perang.
Ketika Inggris berusaha untuk mengatur administrasi mereka Malaya ke dalam satu
unit ke unit disebut Uni Malaya, malay kuat protes dengan apa yang tampak untuk
merebut klaim historis mereka ke wilayah memaksa Inggris untuk mengubah
rencana. The other crucial event was the largely
Chinese communist rebellion in 1948 that remained strong to the mid-1950s.
Peristiwa penting lainnya adalah sebagian besar pemberontakan komunis Cina pada
tahun 1948 yang tetap kuat pada pertengahan 1950-an. To address Malay criticisms and to promote
counter-insurgency, the British undertook a vast range of nation-building
efforts. Untuk alamat malay untuk mempromosikan kritik dan kontra-pemberontakan,
Inggris melakukan berbagai macam upaya pembangunan bangsa. Local conservatives and radicals alike developed their
own attempts to foster unity among the disparate Malayan population.
Lokal konservatif dan radikal sama-sama mengembangkan usaha mereka sendiri
untuk menggalang persatuan di antara penduduk Melayu berbeda. These grew into the Federation of Malaya, which gained
independence in 1957. Ini tumbuh menjadi Federasi Malaya, yang meraih
kemerdekaan pada 1957. In 1963, with the addition
of Singapore and the north Borneo territories, this federation became Malaysia.
Difficulties of integrating the predominately Chinese population of Singapore
into Malaysia remained, and under Malaysian directive Singapore became an
independent republic in 1965. Pada tahun 1963, dengan penambahan
Singapura dan utara wilayah Kalimantan, federasi ini menjadi Malaysia.
Kesulitan untuk mengintegrasikan mayoritas penduduk Cina Singapura ke Malaysia
tetap, dan di bawah arahan Malaysia Singapura menjadi republik merdeka pada
tahun 1965.
Selama abad ke-19, banyak negeri
Melayu berupaya untuk mendapatkan bantuan Britania untuk menyelesaikan
konflik-konflik internal mereka. Kepentingan komersial pertambangan timah di
negeri-negeri Melayu bagi para saudagar di Negeri-Negeri Selat membuat
pemerintah Britania melakukan campur tangan di dalam negeri-negeri penghasil
timah di Semenanjung Malaya. Diplomasi Kapal Meriam Britania ditugaskan demi
mewujudkan resolusi perdamaian terhadap kekacauan sipil yang disebabkan oleh
bandit Cina dan Melayu. Pada akhirnya Perjanjuan Pangkor 1874 meretas jalan
untuk perluasan pengaruh Britania di Malaya. Memasuki abad ke-20, negeri Pahang,
Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan, bersama-sama dikenal sebagai Negeri-negeri
Melayu Bersekutu (jangan dibingungkan oleh Federasi Malaya), di bawah kendali de
facto residen Britania diangkat untuk menasehati para penguasa Melayu.
Orang Britania menjadi "penasehat" di atas kertas, tetapi sebenarnya,
mereka menjalankan pengaruh penting di atas para penguasa Melayu.
Lima negeri lainnya di semenanjung,
dikenal sebagai Negeri-negeri Melayu tak Bersekutu, tidak diperintah langsung
dari London, juga menerima para penasehat Britania di penghujung abad ke-20.
Empat dari lima negeri itu: Perlis, Kedah, Kelantan, dan Terengganu sebelumnya
dikuasai Siam. Negeri yang tidak bersekutu lainnya, Johor, satu-satunya negeri
yang memelihara kemerdekaannya di sebagian besar abad ke-19. Sultan Abu Bakar
dari Johor dan Ratu Victoria kenalan pribadi, dan mengakui satu sama lain
sederajat. Hal ini tidak pernah terjadi hingg 1914 ketika pengganti Sultan Abu
Bakar, Sultan Ibrahim menerima seorang penasehat Britania.
Di pulau Borneo, Sabah diperintah
sebagai koloni mahkota Borneo Utara, sedangkan Sarawak diperoleh dari Brunei
sebagai kerajaan pribadi keluarga Brooke, yang berkuasa sebagai Raja Putih.
Mengikuti Invasi Jepang di Malaya
dan pendudukan beruntunnya selama Perang Dunia II, dukungan rakyat untuk
kemerdekaan tumbuh. Pasca-perang, Britania berencana menyatukan pengelolaan
Malaya di bawah koloni mahkota tunggal yang disebut Uni Malaya didirikan dengan
penentangan yang hebat dari Suku Melayu, yang melawan upaya pelemahan penguasa
Melayu dan mengizinkan kewarganegaraan ganda kepada Tionghoa-Malaysia dan kaum
imigran lainnya. Uni Malaya, didirikan pada 1946 dan terdiri dari semua
kepemilikan Britania di Malaya, kecuali Singapura, dibubarkan pada 1948 dan
diganti oleh Fedesasi Malaya, yang mengembalikan pemerintahan sendiri
para penguasa negeri-negeri Malaya di bawah perlindungan Britania.
Selama masa itu, pemberontakan di
bawah kepemimpinan Partai Komunis Malaya melaksanakan operasi gerilya yang
dirancang untuk mengusir Britania dari Malaya. Darurat Malaya, begitulah
dikenalnya, berlangsung sejak 1948 hingga 1960, dan melibatkan kampanye
anti-kekacauan oleh serdadu Persemakmuran di Malaya. Meskipun kekacauan secara
cepat ditumpas masih saja menyisakan kehadiran serdadu persemakmuran, dengan
latar belakang Perang Dingin. Melawan latar belakang ini, kemerdekaan untuk
Federasi di dalam Persemakmuran diberikan pada 31 Agustus 1957.
5. Setelah kemerdekaan
Kemerdekaan dicapai pada 31 Agustus
1957 dengan nama Federasi Malaya. Singapura masih berada di bawah kekuasaan
Britania Raya pada saat itu karena letaknya yang stategis. Pada 16 September
1963, Federasi Malaya bersama-sama dengan koloni mahkota Britania, yaitu Sabah,
Sarawak, dan Singaura, membentuk Malaysia. Kesultanan Brunei, meski mulanya
berminat menggabungi Federasi, menarik kembali rencana penyatuan itu karena
adanya penentangan dari sebagian penduduk, juga dalih tentang pembayaran
royalti minyak dan status Sultan di dalam perencanaan penyatuan.
Tahun-tahun permulaan kemerdekaan
diganggu oleh konflik dengan Indonesia yang dicetuskan oleh Soekarno melalui Dwikora
menyangkut pembentukan Malaysia, keluarnya Singapura pada 1965 karena politik
diskriminasi, dan pertikaian antar-ras di dalam Insiden 13 Mei pada 1969. Filipina
juga membuat pengakuan aktif terhadap Sabah pada periode itu berdasarkan
penyerahan sebagian wilayah Kesultanan Brunei, yakni bagian timur-utara kepada
Kesultanan Sulu pada 1704. Pengakuan ini masih dilanjutkan(http://www.dfa.gov.ph/archive/speech/usec/faq.htm,
Republik Filipina, diakses 3 Mei 2010). Setelah Insiden 13 Mei pada 1969,
Kebijakan Ekonomi Baru yang kontroversial—upaya penaikan hasil bagi kue ekonomi
bumiputra "pribumi", yang menyertakan sebagian besar orang Melayu,
tetapi tidak selalu penduduk asli) dibandingkan dengan kelompok suku
lainnya—diluncurkan oleh Perdana Menteri Abdul Razak. Malaysia sejak saat itu
memelihara kesetimbangan politik kesukuan yang lunak, dengan sistem
pemerintahan yang memadukan pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan ekonomi dan
politik yang menyokong keikutsertaan yang pantas dari semua ras.
Di antara tahun 1980-an dan
pertengahan 1990-an, Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi yang berarti di
bawah kepemimpinan perdana menteri keempat, Dr. Mahathir Mohamad. Pada periode
ini Malaysia mengalami lompatan dari ekonomi berbasis pertanian ke ekonomi
berbasis manufaktur dan industri (terutama bidang komputer dan elektronika
rumahan). Pada periode ini juga, bentang darat Malaysia berubah dengan
tumbuhnya beraneka mega-projek. Projek paling terkemuka adalah Menara Kembar
Petronas (sempat menjadi gedung tertinggi di dunia), Bandar Udara Internasional
Kuala Lumpur (KLIA), Jalan Tol Utara-Selatan, Sirkuit F1 Sepang, Multimedia
Super Corridor (MSC), bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air Bakun, dan
Putrajaya, pusat pemerintahan persekutuan baru.
Pada penghujung 1990-an, Malaysia
diguncang oleh Krisis Finansial Asia 1997, juga tidak stabilnya politik yang
disebabkan oleh penahanan Wakil Perdana Menteri Dato' Seri Anwar Ibrahim.
Terdapat pula tentangan dari kaum sosialis dan reformis, sampai kepada upaya
pembentukan negara Islam. Pada 2003, Dr Mahathir, perdana menteri Malaysia yang
paling lama menjabat, mundur dan digantikan oleh wakilnya, Abdullah Ahmad
Badawi. Pemerintahan baru mengadvokasikan pandangan moderat negara Islam yang
didefinisikan oleh Islam Hadhari. Pada November 2007, Malaysia digoyang oleh
dua unjuk rasa anti-pemerintah. Unjuk rasa Bersih 2007 sejumlah 40.000 orang
dilaksanakan di Kuala Lumpur pada 10 November menganjurkan reformasi daerah
pemilihan. Itu dipicu oleh dugaan-dugaan korupsi dan ketidaksesuaian di dalam
sistem pemilihan di Malaysia yang condong kepada partai politik yang sedang
berkuasa, Barisan Nasional, yang selalu memerintah Malaysia sejak kemerdekaan
1957 (http://asiasentinel.com/index, diakses
15 Mei 2010).
Unjuk rasa lainnya dilakukan pada 25 November di ibukota Malaysia dan dipimpin
oleh HINDRAF. Penggerak unjuk rasa ini, Hindu Rights Action Force,
melakukan protes berkenaan kebijakan yang timpang, mengutamakan Suku Melayu.
Jumlah peserta ditaksir antara 5.000 sampai 30.000 (Malaysiakini.com,
diakses 25 November 2007). Di kedua-dua kasus itu, pemerintah dan kepolisian berupaya
menangani dan mencegah penculikan dari tempat kejadian. Pada 16 Oktober 2008,
HINDRAF dilarang karena pemerintah mengecap kumpulan itu sebagai "ancaman
bagi keamanan nasional".
Setelah 1957, pastinya,
Tun Bedur Aman lah yang menjadi PM. Setelah itu, semua masalah yang sama sekali
tidak terduga terjadi. Seperti contoh, masalah berpisahnya Tumasek dengan
Malaya. Bedur dan Lee sempatlah berdebat akan hal ini. Tapi, nyatanya Bedur pun
mengalah saja, dikarenakan Tumasek berjanji akan menampung penduduk China yang
dianiaya di Malaya. Hal ini, disebut oleh Tun Gapar Baba, sebagai simbiotic
mutualism antar Tumasek dan Malaya
(http://tololpedia.wikia.com/wiki/sejarah_Malaysia, diakses 3 Mei 2010).
Masalah terbesar Bedur
terbentur pada negara kakaknya, Indonesia. Soekarno telah mengucapkan deal
dengan Bedur bahwa pada tahun 1960-an, Indonesia bolehlah membalas perlakuan
Malaysia tahun 1957. Bedur tentu tidak bisa menolak. Dengan curang dan
lihainya, Bedur menangis, merengek, mencumbu, merogol dan merayu Ratu Elizabeth
II[2].
Elizabeth II tak tahan melihat Bedur menangis, dan memberikannya sebatang
coklat merek Delfi. Tapi, apa kata Bedur? Aku mau la mak, tu Indonesia,
jadilah milikku, huhu..oh ye, sekalian mak, belikan aku rolls royce
terbaru...huuu (http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia, diakses 7 April 2010).
Elizabeth II cuma bisa
bilang, "ya lah nak, nanti makmu kirim tuh sekian puloh orang SAS".
Bedur girang tak kepalang. Sayang, Indonesia bertindak sangat amat cepat.
Sampai-sampai, Pabrik Lolipop YB PM dikuasai oleh TNI. Soekarno cuma
memerintahkan, "Cekokin aja permennya satu-satu ke orang Malaysia di
sana". Ternyata, itu cuma jebakan orang Malaysia. Rakyat Malaysia membawa
keris, TNI bawa golok. Saat orang Malaysia melihat golok, mereka takjub.
"Apa pulak tu?" kata seseorang. "Nah tu lah, kite belum punye
kan?" kata Malaysia yang lain.
TNI cuma bilang,
"kalau kau mau golok ini, ku gorok dulu kepala kau tu".
"Eh Tak nak lah,
kite ni cuma mintak satu, berape mau kau?" kata orang Melesia tu. TNI
kesel dan langsung bacok kepala orang Malaysia itu. Lagian, bacot amat jadi
orang. Diduga, orang RELA di Malaysia meniru cara kerja ini dan Departemen
Kebudayaan Malaysia mengakuinya (mengakui perilaku kekerasan) sebagai hal
lumrah terhadap setiap pendatang dari Indonesia, katanya qisash.
SAS kemudian datang.
Walaupun Indonesia telah memakai tenaga Santet, tetap saja kalah dengan SAS
yang memakai kolaborasi Voodo-Tech dan Bomoh Malaysia. Coba kalau seandainya
hanya Malaysia tanpa SAS, kalah sudah Malaysia, seluruh bagian Malaya jadi
tangan Indonesia.
Tahun 1965, beberapa
orang Malaysia diam-diam datang ke Indonesia. Mereka adalah Datuk Nurdil Azis
(DN Aidit), Nasrodeen (Njoto), Amsan Sapang (A Sjafroedin), dan Usman Wagan
(Untung Wahono). Selama ini, orang-orang ini dianggap sebagai tokoh PKI.
Nyatanya, mereka cuma orang suruhan FBI untuk menelisik ke Istana Tampaksiring
dan mencuri disain batik disana. Tidak sekedar mencuri batik, mereka mencuri
tari Reog saat kampanya PKI di Ponorogo dan tidak lupa menusuk beberapa orang
Jenderal.
Untung tertangkap seperti
copet ketika di bus malam. Untung yang matanya jelalatan memang sudah masuk DPO
beberapa hari kok. Lebih gokil lagi, mereka mencoba sok mendaulat di RRI, yang
ingin dirubah menjadi Radio Republik Demokratik Malaya.
DN Aidit tertangkap saat
sedang menyembah mambang peliharaannya di lemari. Bau kemenyan ala karet
Malaysia dengan mudah tercium oleh Kopassus yang pernah bertugas sewaktu
Dwikora. Aidit lari-lari, bukan semakin jauh dengan TNI, malah semakin dekat.
Tak ada waktu lagi. Dia kemudian melihat foto Boneka kesayangannya, Tedi. Ternyata
itu cuma pancingan, dan tertembaklah ia di Wonogiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar