Rabu, 21 November 2012

SEJARAH MALAYSIA



1.      Prasejarah
Kebudayaan di asia tenggara pada masa prasejarah dapat diketahui dengan jelas setelah kira-kira tiga warsa yang lalu. Dari hasil penelitian ahli prasejarah berpendapat bahwa kebudayaan pada masa prasejarah di Asia Tenggara memberi gambaran yang baru tentang asal-usul peradaban tertua di dunia, hal tersebut diketahui dengan adanya hasil penemuan arkeologis-prasejarah di Asia Tenggara akhir-akhir ini.
Wilayah kebudayaan Asia Tenggara pada masa prasejarah, terdiri dari dua bagian yaitu, Asia Tenggara daratan dan Asia Tenggara kepulauan. Wilayah Asia Tenggara Daratan meliputi daerah yang membentang dari pegunungan Chhin-Ling, yang terletak disebelah utara sungai Yang-Tse di Tiongkok hingga ke daerah Semenanjung Malaka. Dan ke arah barat membentang dari Laut Tiongkok Selatan ke daerah Birm hingga Assam. Sedangkan Asia Tenggara kepulauan meliputi daerah sekitar kepulauan Andaman, menyusur Birma bagian selatan, kemudian ke Formusa dan dalam jangkauan ini termasuk kedalamnya wilayah Indonesia dan Philipina.
Kehidupan tentang prasejarah di Asia Tenggara, dikemukakan secara agak panjang lebar oleh Antropolog bangsa Austria yang bernama Robert von Heine Geldern sekitar tahun 1932. Menurut teorinya penduduk yang dewasa ini mendiami kawasan asia tenggara, terjadi setelah adanya perpindahan penduduk yang terjadi secara bergelombang sebagai akibat perpindahan bangsa-bangsa di wilayah Asia pusat. Gelombang perpindahan yang terpenting adalah yang berasal dari daerah Yunnan dari daratan Cina sebelah Utara, penduduk dari daerah ini adalah pendukung kebudayaan pahat persegi empat yang juga dikenal dengan istilah Kapak Persegi panjang. Karena desakan bangsa-bangsa disebelah utaranya maka terjadilah perpindahan dari wilayah daratan Asia Tenggara ini ke berbagai daerah kepulauan yang terletak di selatan yaitu, kepulauan Indonesia, philipina, formus dan bahkan ke Jepang. Dalam taraf ini berkembanglah kebudayaan batu baru atau lazim dikenal dengan sebutan kebudayaan Neolitikum. Untuk tingkat kebudayaan yang lebih tua yaitu tingkat kebudayaan batu-tua atau paleolitikum dan mesolitikum daerah Asia Tenggara juga tampil sebagai pusat yang terpenting. Daerah pengaruh kebudayaan batu tua dari Asia Tenggara terlihat dari di daerah Asia Tmur hingga sungai Sindu di Pakistan barat. Bagi prasejarah Asia Tenggara, istilah Paleolithikum, kurang tepat jika dihubungkan dengan babakan waktu, atau menunjuk kepada periode tertentu, tetapi lebih tepat merupakan pengertian suatu kebudayaan, sebab di wilayah Asia Tenggara, dalam masyarakat yang hidup terasing, dari kebudayaan atau peradaban dewasa ini, alat-alat Paleolitik masih dipakai serta berkembang terus. Hal ini tidak demikian di Eropa, di kontinen Eropa sudah dapat dipastikan bahwa kebudayaan Paleolitik selalu sezaman dengan masa Plestocene. Kebudayaan Batu Tua ini diperkirakan telah berusia kurang lebih 15.000 tahun sebelum masehi, dan oendukung kebudayaan itu mungkin sekali adalah manusia pithecantropus. Sembangan dari taraf yang paling berharga zaman itu adalah pemakaian api, teknik-teknik berburu serta kepercayaan animisme yang paling awal. (Brahmantyo, dkk. 1973: 103)
Di Semenanjung Malaka, tepatnya di Malaysia Utara, jenis alat Paleolithikum-bawah ditemukan di daerah sungai Puak Hulu. Alat itu dibuat dari batu kwarsa, dan diketemukan di teras sungai, diperkebunan karet kota Tempan. Di teras sungai Mekhong (Fingnoi) diketemukan sejumlah kapak batu, dan perkakas ini disebut juga menurut tempat penemuannya yaitu Fingnoian. Alat-alat dari wilayah ini memperlihatkan persamaannya yang banyak dengan kebudayaan Anythian awal. Movius menarik kesimpulan bahwa pada zaman Pleistocene bawah dan tengah, di Asia Tenggara berkembang kebudayaan batu tua yang berbeda dengan paleolithikum di Eropa maupun di afrika, yaitu yang dikenal dengan istilah kebudayaan Chelleen (Brahmantyo, dkk. 1973: 103).
Di Malaysia, terdapat temuan sisa-sisa arkeologis di Malaysia Barat, Sabah, dan Sarawak. Semang memiliki leluhur jauh di Semenanjung Malaya, dapat kita lihat pada permukiman pertama yang ada di Afrika yang lebih dari 50.000 tahun lalu. Senoi muncul sebagai kelompok campuran, dengan hampir separoh silsilah dari garis ibu moyang Semang dan separuhnya berasal dari Indocina. Ini dapat disesuaian dengan dugaan bahwa mereka mewakili keturunan penutur Austronesia kuno, kaum tani, yang membawa bahasa dan teknologi mereka ke bagian selatan semenanjung kira-kira 5.000 tahun lalu dan menyatu dengan penduduk asli. Manusia Proto Melayu lebih beraneka ragam, dan meskipun mereka menunjukkan beberapa kaitan dengan Asia Tenggara kepulauan, beberapa di antara negara juga memiliki leluhur di Indocina dari zaman Last Glacial Maximum, diikuti oleh penyebaran Holosen-dini melalui Semenanjung Malaya ke Asia Tenggara kepulauan.
Adapun nenek moyang orang-orang yang sekarang mendiami semenanjung Malaysia pertama yang bermigrasi ke daerah antara 2500 dan 1500 SM Mereka yang tinggal di daerah pesisir memiliki kontak awal dengan Cina dan India; pelaut pedagang dari India membawa bersama mereka Hinduisme, yang dicampur dengan kepercayaan animisme setempat. As Muslims conquered India, they spread the religion of Islam to Malaysia. Sebagai Muslim menaklukkan India, mereka menyebarkan agama Islam ke Malaysia. In the 15th century, Islam acquired a firm hold on the region when the Hindu ruler of the powerful city-state of Malacca, Parameswara Dewa Shah, converted to Islam. Pada abad ke-15, Islam mengakui sisi perusahaan terus di daerah ketika penguasa Hindu yang kuat negara-kota Malaka, Parameswara Dewa Shah, masuk Islam.
2.      Awal
Orang Malaysia memakai empat bahasa yang kemudian diakui sebagai bahasa mereka, yaitu bahasa Indonesia menjadi Melayu, bahasa Inggris menjadi Melayu, bahasa Arab menjadi bahasa Jawi, dan bahasa babi (yang terakhir memang bahasa asli) Sejarah Malaysia dimulai sejak jaman Homo Malingicus datang ke Selat Malaka. Mereka datang dengan kapal curian dari China, yang diberikan bendera Malaysia. Sampai di sana, mereka menemukan orang-orang berbicara bahasa yang unik, karena bahasa yang mereka pakai terlalu rumit, kemudian mereka membunuh orang-orang yang berbahasa itu, sekarang dikenal dengan bahasa Indonesia. Mereka hanya merubah sedikit bagian, seperti misalnya bahwa menjadi bahawa. Pada abad ke-14, Parameswara datang dengan membawa pasukannya. Paramesywara merasa marah ketika penduduk asli Malaysia ingin mengklaim bahasa Sanskerta sebagai bahasa mereka. Entah kenapa, Paramesywara berubah 360 derajat dan tidak membunuh orang disana. Kemungkinan disebabkan oleh kutukan bomoh disana (http://tololpedia.wikia.com/wiki/sejarah_Malaysia, diakses 3 Mei 2010).
Seiring datangnya Eropa, banyak hal yang dapay dipelajari oleh Malaysia. Awalnya mereka ingin mengklaim bahwa bahasa Inggris adalah milik mereka. Tapi, karena case Harimau yang terkenal, maka klam tersebut tidak jadi sehingga mereka hanya mengambil sebagian dan memakainya di buku pelajaran Malaysia.
3.      Sejarah Dini
Semenanjung Malaya berkembang sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, karena berkembangnya perdagangan antara Cina dan India dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang sibuk. Claudius Ptolemaeus menunjukkan Semenanjung Malaya pada peta dininya dengan label yang berarti "Golden Chersonese", Selat Malaka ditulis sebagai "Sinus Sabaricus". Dari pertengahan hingga akhir milenium pertama, sebagian besar semenanjung, begitupun Nusantara berada di bawah pengaruh Sriwijaya. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. Malaysia, diakses 7 April 2010).
Kerajaan Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi pantai yang dibuat pada abad 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka dan Lembah Bujang di Kedah, dan juga Beruas dan Gangga Negara di Perak dan Pan Pan di Kelantan. Diperkirakan semuanya adalah kerajaan Hindu atau Buddha. Islam tiba pada abad ke-14 di Terengganu.



Terdapat banyak kerajaan Cina dan India pada abad ke-2 dan ke-3 Masehi—sebanyak 30 buah menurut sumber Cina. Kedah—dikenal sebagai Kedaram, Cheh-Cha (menurut I-Ching), atau Kataha di dalam tulisan Palawa atau bahasa Sanskerta kuno—berada di jalur serbuan pedagang dan raja India. Rajendra Chola, Kaisar Tamil kuno, yang diduga berada di sekitar Kota Gelanggi, menjadikan Kedah tunduk pada 1025, tetapi penggantinya, Vira Ranjendra Chola, harus melumpuhkan pemberontakan Kedah untuk mengatasi para penyerbu. Kedatangan Chola berhasil meredam keagungan Sriwijaya, yang memberi pengaruh besar kepada Kedah dan Pattani bahkan sampai ke Ligor.
Kerajaan Buddha, Ligor mengambil kendali Kedah segera setelahnya, dan rajanya, Chandrabhanu menggunakan tempat ini sebagai basis untuk menyerang Sri Lanka pada abad ke-11, sebuah peristiwa yang dipahat di atas prasasti batu di Nagapattinum di Tamil Nadu dan di dalam kisah-kisah bangsa Sri Lanka, Mahavamsa. Selama milenium pertama, masyarakat di Semenanjung Malaya mengadopsi Hindu dan Buddha dan penggunaan bahasa Sanskerta hingga mereka beralih kepada Islam.
Ada beberapa laporan dari wilayah lain yang lebih tua dari Kedah—misalnya kerajaan kuno Gangga Negara, di sekitar Beruas di Perak, mendorong sejarah Malaysia lebih jauh ke belakang. Jika itu belum cukup, sebuah puisi Tamil, Pattinapillai, dari abad ke-2 M, menjelaskan barang-barang dari Kadaram menumpuk di jalanan ibukota Chola. Sebuah drama sanskerta dari abad ke-7, Kaumudhimahotsva, merujuk Kedah sebagai Kataha-nagari. Agnipurana juga menyebutkan sebuah daerah yang dikenal Anda-Kataha dengan salah satu batasnya menggambarkan sebuah puncak gunung, yang diyakini para sarjana sebagai Gunung Jerai. Kisah-kisah dari Katasaritasagaram menjelaskan kemewahan hidup di Kataha.
Pada permulaan abad ke-15, Kesultanan Melaka didirikan di bawah sebuah dinasti yang didirikan oleh Parameswara, pangeran dari Palembang, Indonesia, di dalam kekaisaran Sriwijaya. Penaklukan memaksa dia dan pendukungnya melarikan diri dari Palembang. Parameswara berlayar ke Temasek untuk menghindari penganiayaan dan tiba di bawah perlindungan Temagi, seorang penghulu Melayu dari Pattani yang ditunjuk oleh Raja Siam sebagai bupati Temasek. Beberapa hari kemudian, Parameswara membunuh Temagi dan mengangkat dirinya sendiri sebagai bupati. Kira-kira lima tahun kemudian, dia meninggalkan Temasek karena ancaman dari Siam. Selama periode ini, Temasek juga diserang oleh serombongan armada Jawa dari Majapahit.
Dia kemudian memimpin ke utara untuk mendirikan permukiman baru. Di Muar, Parameswara berkehendak mendirikan kerajaan barunya di Biawak Busuk atau di Kota Buruk. Mengetahui lokasi Muar tidaklah cocok, dia meneruskan perjalanannya ke utara. Di sepanjang jalan, dia dilaporkan telah mengunjungi Sening Ujong (nama lampau untuk Sungai Ujong modern) sebelum sampai di sebuah perkampungan nelayan di bibir Sungai Bertam (nama lampau untuk Sungai Melaka modern). Tempat itu lambat laun berkembang menjadi lokasi Melaka masa kini. Menurut Tarikh Melayu, di situlah dia menyaksikan kancil mengecoh anjing ketika berteduh di bawah pohon Melaka. Dia mengambil apa yang dia lihat sebagai pertanda yang baik dan kemudian dia mendirikan sebuah kerajaan yang disebut Melaka, kemudian dia membangun dan memperbaiki fasilitas untuk tujuan perdagangan.
Peralihan agama Parameswara ke Islam tidaklah jelas. Menurut sebuah teori oleh Sabri Zain, Parameswara menjadi seorang Muslim ketika dia menikahi seorang Puteri Samudera Pasai dan dia menyertakan gelar bergaya Persia "Shah", dengan menyebut dirinya Iskandar Shah. Juga ada referensi yang menunjukkan bahwa beberapa anggota kelas penguasa dan komunitas saudagar yang menetap di Melaka telah menjadi Muslim. Kisah-kisah Cina menyebutkan bahwa pada 1414, putera penguasa pertama Melaka mengunjungi Ming untuk mengabari mereka bahwa ayahnya telah wafat. Putera Parameswara diakui secara resmi sebagai penguasa kedua Melaka oleh Kaisar Cina dan bergelar Raja Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka dan dia dikenal sebagai tokoh Muslim Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Shah atau Sultan Megat Iskandar Shah, dan dia menguasai Melaka dari 1414 sampai 1424. Kerajaan ini menguasai wilayah yang sekarang ini disebut Semenanjung Malaya, selatan Thailand (Pattani, dan pantai timur Sumatera. Kerajaan ini berlangsung selama lebih dari satu abad, dan dalam periode tersebut menyebarkan Islam ke seluruh Nusantara. Melaka, sebagai pelabuhan perdagangan penting, terletak hampir di tengah-tengah rute perdagangan Cina dan India.
Pada 1511, Melaka ditaklukan oleh Portugal, yang mendirikan sebuah koloni di sana; maka berakhirlah Kesultanan Melaka. Tetapi, Sultan terakhir melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal di sana. Putera-putera Sultan Melaka terakhir mendirikan dua kesultanan di tempat lain di semenanjung & mdash; Kesultanan Perak di utara, dan Kesultanan Johor (mulanya kelanjutan Kesultanan Melaka kuno) di selatan. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berjuang menguasai Selat Malaka: Portugis (di Melaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh. Konflik ini berlangsung sampai tahun 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) untuk merebut Melaka.
Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka tua, tapi sekarang dikenal dengan nama Kesultanan Johor, yang masih ada sampai sekarang. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berebut untuk mengambil kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) merebut Malaka.
4.      Mendaratnya Britania
Sebuah geografis malaysia muncul dari wilayah dijajah oleh Britania Raya pada akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh. Britania RayaBritain's representatives gained varying degrees of control through agreements with the Malay rulers of the peninsular states, often made by deceit or force. mendirikan koloni pertamanya di Semenanjung Malaya pada 1786, dengan penyewaan pulau Penang kepada Perusahaan India Timur Britania oleh Sultan Kedah. Pada 1824, Britania Raya menguasai Melaka setelah ditandatanganinya Traktat London atau Perjanjian Britania-Belanda 1824 yang membagi kepemilikan Nusantara kepada Britania dan Belanda, Malaya untuk Britania, dan Indonesia ntuk Belanda. Britain's wakil memperoleh berbagai tingkat kontrol melalui perjanjian dengan penguasa malay negara Semenanjung, sering dibuat oleh tipu daya atau kekuatan. Pada 1826, Britania mendirikan Koloni Mahkota di Negeri-Negeri Selat, menyatukan kepemilikannya di Malaya: Penang, Melaka, Singapura,dan pulau Labuan. Penang yang didirikan pada 1786 oleh Kapten Francis Light sebagai pos komersial dianugerahkan oleh Sultan Kedah. Negeri-Negeri Selat mulanya diurus di bawah British East Company di Kalkuta, sebelum Penang, dan kemudian Singapura menjadi pusat pengurusan koloni mahkota, hingga 1867, ketika tanggung jawab pengurusan dialihkan kepada Kantor Kolonial di London .
Britain was attracted to the Malay peninsula by its vast reserves of tin, and later found that the rich soil was also highly productive for growing rubber trees. Adapun alasan Britania tertarik ke semenanjung malay yaitu karena teraik pada luas cadangan timah, dan kemudian menemukan bahwa tanah yang kaya juga sangat produktif untuk menanam pohon-pohon karet. Immigrants from south China and south India came to British Malaya as labor, while the Malay population worked in small holdings and rice cultivation. Imigran dari selatan Cina dan selatan India datang ke Malaya sebagai tenaga kerja, sementara penduduk bekerja di malay kepemilikan kecil dan sawah. What was to become East Malaysia had different colonial administrations: Sarawak was governed by a British family, the Brookes (styled as the "White Rajas"), and Sabah was run by the British North Borneo Company. Apa yang menjadi Malaysia Timur pemerintahan kolonial yang berbeda: Sarawak itu diperintah oleh keluarga Inggris, yang Brookes (bergaya sebagai "White Rajas"), dan Sabah itu dijalankan oleh British North Borneo Company. Together the cosmopolitan hub of British interests was Singapore, the central port and center of publishing, commerce, education, and administration. Bersama-sama pusat kosmopolitan kepentingan Inggris adalah Singapura, pelabuhan utama dan pusat penerbitan, perdagangan, pendidikan, dan administrasi. The climactic event in forming Malaysia was the Japanese occupation of Southeast Asia from 1942-1945. Acara klimaks dalam membentuk Malaysia adalah pendudukan Jepang di Asia Tenggara 1.942-1.945. Japanese rule helped to invigorate a growing anti-colonial movement, which flourished following the British return after the war. When the British attempted to organize their administration of Malaya into one unit to be called the Malayan Union, strong Malay protests to what seemed to usurp their historical claim to the territory forced the British to modify the plan. Penjajahan Jepang membantu untuk menyegarkan yang berkembang gerakan anti-kolonial, yang berkembang setelah Inggris kembali setelah perang. Ketika Inggris berusaha untuk mengatur administrasi mereka Malaya ke dalam satu unit ke unit disebut Uni Malaya, malay kuat protes dengan apa yang tampak untuk merebut klaim historis mereka ke wilayah memaksa Inggris untuk mengubah rencana. The other crucial event was the largely Chinese communist rebellion in 1948 that remained strong to the mid-1950s. Peristiwa penting lainnya adalah sebagian besar pemberontakan komunis Cina pada tahun 1948 yang tetap kuat pada pertengahan 1950-an. To address Malay criticisms and to promote counter-insurgency, the British undertook a vast range of nation-building efforts. Untuk alamat malay untuk mempromosikan kritik dan kontra-pemberontakan, Inggris melakukan berbagai macam upaya pembangunan bangsa. Local conservatives and radicals alike developed their own attempts to foster unity among the disparate Malayan population. Lokal konservatif dan radikal sama-sama mengembangkan usaha mereka sendiri untuk menggalang persatuan di antara penduduk Melayu berbeda. These grew into the Federation of Malaya, which gained independence in 1957. Ini tumbuh menjadi Federasi Malaya, yang meraih kemerdekaan pada 1957. In 1963, with the addition of Singapore and the north Borneo territories, this federation became Malaysia. Difficulties of integrating the predominately Chinese population of Singapore into Malaysia remained, and under Malaysian directive Singapore became an independent republic in 1965. Pada tahun 1963, dengan penambahan Singapura dan utara wilayah Kalimantan, federasi ini menjadi Malaysia. Kesulitan untuk mengintegrasikan mayoritas penduduk Cina Singapura ke Malaysia tetap, dan di bawah arahan Malaysia Singapura menjadi republik merdeka pada tahun 1965.
Selama abad ke-19, banyak negeri Melayu berupaya untuk mendapatkan bantuan Britania untuk menyelesaikan konflik-konflik internal mereka. Kepentingan komersial pertambangan timah di negeri-negeri Melayu bagi para saudagar di Negeri-Negeri Selat membuat pemerintah Britania melakukan campur tangan di dalam negeri-negeri penghasil timah di Semenanjung Malaya. Diplomasi Kapal Meriam Britania ditugaskan demi mewujudkan resolusi perdamaian terhadap kekacauan sipil yang disebabkan oleh bandit Cina dan Melayu. Pada akhirnya Perjanjuan Pangkor 1874 meretas jalan untuk perluasan pengaruh Britania di Malaya. Memasuki abad ke-20, negeri Pahang, Selangor, Perak, dan Negeri Sembilan, bersama-sama dikenal sebagai Negeri-negeri Melayu Bersekutu (jangan dibingungkan oleh Federasi Malaya), di bawah kendali de facto residen Britania diangkat untuk menasehati para penguasa Melayu. Orang Britania menjadi "penasehat" di atas kertas, tetapi sebenarnya, mereka menjalankan pengaruh penting di atas para penguasa Melayu.
Lima negeri lainnya di semenanjung, dikenal sebagai Negeri-negeri Melayu tak Bersekutu, tidak diperintah langsung dari London, juga menerima para penasehat Britania di penghujung abad ke-20. Empat dari lima negeri itu: Perlis, Kedah, Kelantan, dan Terengganu sebelumnya dikuasai Siam. Negeri yang tidak bersekutu lainnya, Johor, satu-satunya negeri yang memelihara kemerdekaannya di sebagian besar abad ke-19. Sultan Abu Bakar dari Johor dan Ratu Victoria kenalan pribadi, dan mengakui satu sama lain sederajat. Hal ini tidak pernah terjadi hingg 1914 ketika pengganti Sultan Abu Bakar, Sultan Ibrahim menerima seorang penasehat Britania.
Di pulau Borneo, Sabah diperintah sebagai koloni mahkota Borneo Utara, sedangkan Sarawak diperoleh dari Brunei sebagai kerajaan pribadi keluarga Brooke, yang berkuasa sebagai Raja Putih.
Mengikuti Invasi Jepang di Malaya dan pendudukan beruntunnya selama Perang Dunia II, dukungan rakyat untuk kemerdekaan tumbuh. Pasca-perang, Britania berencana menyatukan pengelolaan Malaya di bawah koloni mahkota tunggal yang disebut Uni Malaya didirikan dengan penentangan yang hebat dari Suku Melayu, yang melawan upaya pelemahan penguasa Melayu dan mengizinkan kewarganegaraan ganda kepada Tionghoa-Malaysia dan kaum imigran lainnya. Uni Malaya, didirikan pada 1946 dan terdiri dari semua kepemilikan Britania di Malaya, kecuali Singapura, dibubarkan pada 1948 dan diganti oleh Fedesasi Malaya, yang mengembalikan pemerintahan sendiri para penguasa negeri-negeri Malaya di bawah perlindungan Britania.
Selama masa itu, pemberontakan di bawah kepemimpinan Partai Komunis Malaya melaksanakan operasi gerilya yang dirancang untuk mengusir Britania dari Malaya. Darurat Malaya, begitulah dikenalnya, berlangsung sejak 1948 hingga 1960, dan melibatkan kampanye anti-kekacauan oleh serdadu Persemakmuran di Malaya. Meskipun kekacauan secara cepat ditumpas masih saja menyisakan kehadiran serdadu persemakmuran, dengan latar belakang Perang Dingin. Melawan latar belakang ini, kemerdekaan untuk Federasi di dalam Persemakmuran diberikan pada 31 Agustus 1957.
5.      Setelah kemerdekaan
 Kemerdekaan dicapai pada 31 Agustus 1957 dengan nama Federasi Malaya. Singapura masih berada di bawah kekuasaan Britania Raya pada saat itu karena letaknya yang stategis. Pada 16 September 1963, Federasi Malaya bersama-sama dengan koloni mahkota Britania, yaitu Sabah, Sarawak, dan Singaura, membentuk Malaysia. Kesultanan Brunei, meski mulanya berminat menggabungi Federasi, menarik kembali rencana penyatuan itu karena adanya penentangan dari sebagian penduduk, juga dalih tentang pembayaran royalti minyak dan status Sultan di dalam perencanaan penyatuan.
Tahun-tahun permulaan kemerdekaan diganggu oleh konflik dengan Indonesia yang dicetuskan oleh Soekarno melalui Dwikora menyangkut pembentukan Malaysia, keluarnya Singapura pada 1965 karena politik diskriminasi, dan pertikaian antar-ras di dalam Insiden 13 Mei pada 1969. Filipina juga membuat pengakuan aktif terhadap Sabah pada periode itu berdasarkan penyerahan sebagian wilayah Kesultanan Brunei, yakni bagian timur-utara kepada Kesultanan Sulu pada 1704. Pengakuan ini masih dilanjutkan(http://www.dfa.gov.ph/archive/speech/usec/faq.htm, Republik Filipina, diakses 3 Mei 2010). Setelah Insiden 13 Mei pada 1969, Kebijakan Ekonomi Baru yang kontroversial—upaya penaikan hasil bagi kue ekonomi bumiputra "pribumi", yang menyertakan sebagian besar orang Melayu, tetapi tidak selalu penduduk asli) dibandingkan dengan kelompok suku lainnya—diluncurkan oleh Perdana Menteri Abdul Razak. Malaysia sejak saat itu memelihara kesetimbangan politik kesukuan yang lunak, dengan sistem pemerintahan yang memadukan pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan ekonomi dan politik yang menyokong keikutsertaan yang pantas dari semua ras.
Di antara tahun 1980-an dan pertengahan 1990-an, Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi yang berarti di bawah kepemimpinan perdana menteri keempat, Dr. Mahathir Mohamad. Pada periode ini Malaysia mengalami lompatan dari ekonomi berbasis pertanian ke ekonomi berbasis manufaktur dan industri (terutama bidang komputer dan elektronika rumahan). Pada periode ini juga, bentang darat Malaysia berubah dengan tumbuhnya beraneka mega-projek. Projek paling terkemuka adalah Menara Kembar Petronas (sempat menjadi gedung tertinggi di dunia), Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Jalan Tol Utara-Selatan, Sirkuit F1 Sepang, Multimedia Super Corridor (MSC), bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air Bakun, dan Putrajaya, pusat pemerintahan persekutuan baru.
Pada penghujung 1990-an, Malaysia diguncang oleh Krisis Finansial Asia 1997, juga tidak stabilnya politik yang disebabkan oleh penahanan Wakil Perdana Menteri Dato' Seri Anwar Ibrahim. Terdapat pula tentangan dari kaum sosialis dan reformis, sampai kepada upaya pembentukan negara Islam. Pada 2003, Dr Mahathir, perdana menteri Malaysia yang paling lama menjabat, mundur dan digantikan oleh wakilnya, Abdullah Ahmad Badawi. Pemerintahan baru mengadvokasikan pandangan moderat negara Islam yang didefinisikan oleh Islam Hadhari. Pada November 2007, Malaysia digoyang oleh dua unjuk rasa anti-pemerintah. Unjuk rasa Bersih 2007 sejumlah 40.000 orang dilaksanakan di Kuala Lumpur pada 10 November menganjurkan reformasi daerah pemilihan. Itu dipicu oleh dugaan-dugaan korupsi dan ketidaksesuaian di dalam sistem pemilihan di Malaysia yang condong kepada partai politik yang sedang berkuasa, Barisan Nasional, yang selalu memerintah Malaysia sejak kemerdekaan 1957 (http://asiasentinel.com/index, diakses 15 Mei 2010). Unjuk rasa lainnya dilakukan pada 25 November di ibukota Malaysia dan dipimpin oleh HINDRAF. Penggerak unjuk rasa ini, Hindu Rights Action Force, melakukan protes berkenaan kebijakan yang timpang, mengutamakan Suku Melayu. Jumlah peserta ditaksir antara 5.000 sampai 30.000 (Malaysiakini.com, diakses 25 November 2007). Di kedua-dua kasus itu, pemerintah dan kepolisian berupaya menangani dan mencegah penculikan dari tempat kejadian. Pada 16 Oktober 2008, HINDRAF dilarang karena pemerintah mengecap kumpulan itu sebagai "ancaman bagi keamanan nasional".
6.      Setelah 1957
Setelah 1957, pastinya, Tun Bedur Aman lah yang menjadi PM. Setelah itu, semua masalah yang sama sekali tidak terduga terjadi. Seperti contoh, masalah berpisahnya Tumasek dengan Malaya. Bedur dan Lee sempatlah berdebat akan hal ini. Tapi, nyatanya Bedur pun mengalah saja, dikarenakan Tumasek berjanji akan menampung penduduk China yang dianiaya di Malaya. Hal ini, disebut oleh Tun Gapar Baba, sebagai simbiotic mutualism antar Tumasek dan Malaya (http://tololpedia.wikia.com/wiki/sejarah_Malaysia, diakses 3 Mei 2010).
Masalah terbesar Bedur terbentur pada negara kakaknya, Indonesia. Soekarno telah mengucapkan deal dengan Bedur bahwa pada tahun 1960-an, Indonesia bolehlah membalas perlakuan Malaysia tahun 1957. Bedur tentu tidak bisa menolak. Dengan curang dan lihainya, Bedur menangis, merengek, mencumbu, merogol dan merayu Ratu Elizabeth II[2]. Elizabeth II tak tahan melihat Bedur menangis, dan memberikannya sebatang coklat merek Delfi. Tapi, apa kata Bedur? Aku mau la mak, tu Indonesia, jadilah milikku, huhu..oh ye, sekalian mak, belikan aku rolls royce terbaru...huuu (http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia, diakses 7 April 2010).
Elizabeth II cuma bisa bilang, "ya lah nak, nanti makmu kirim tuh sekian puloh orang SAS". Bedur girang tak kepalang. Sayang, Indonesia bertindak sangat amat cepat. Sampai-sampai, Pabrik Lolipop YB PM dikuasai oleh TNI. Soekarno cuma memerintahkan, "Cekokin aja permennya satu-satu ke orang Malaysia di sana". Ternyata, itu cuma jebakan orang Malaysia. Rakyat Malaysia membawa keris, TNI bawa golok. Saat orang Malaysia melihat golok, mereka takjub. "Apa pulak tu?" kata seseorang. "Nah tu lah, kite belum punye kan?" kata Malaysia yang lain.
TNI cuma bilang, "kalau kau mau golok ini, ku gorok dulu kepala kau tu".
"Eh Tak nak lah, kite ni cuma mintak satu, berape mau kau?" kata orang Melesia tu. TNI kesel dan langsung bacok kepala orang Malaysia itu. Lagian, bacot amat jadi orang. Diduga, orang RELA di Malaysia meniru cara kerja ini dan Departemen Kebudayaan Malaysia mengakuinya (mengakui perilaku kekerasan) sebagai hal lumrah terhadap setiap pendatang dari Indonesia, katanya qisash.
SAS kemudian datang. Walaupun Indonesia telah memakai tenaga Santet, tetap saja kalah dengan SAS yang memakai kolaborasi Voodo-Tech dan Bomoh Malaysia. Coba kalau seandainya hanya Malaysia tanpa SAS, kalah sudah Malaysia, seluruh bagian Malaya jadi tangan Indonesia.
Tahun 1965, beberapa orang Malaysia diam-diam datang ke Indonesia. Mereka adalah Datuk Nurdil Azis (DN Aidit), Nasrodeen (Njoto), Amsan Sapang (A Sjafroedin), dan Usman Wagan (Untung Wahono). Selama ini, orang-orang ini dianggap sebagai tokoh PKI. Nyatanya, mereka cuma orang suruhan FBI untuk menelisik ke Istana Tampaksiring dan mencuri disain batik disana. Tidak sekedar mencuri batik, mereka mencuri tari Reog saat kampanya PKI di Ponorogo dan tidak lupa menusuk beberapa orang Jenderal.
Untung tertangkap seperti copet ketika di bus malam. Untung yang matanya jelalatan memang sudah masuk DPO beberapa hari kok. Lebih gokil lagi, mereka mencoba sok mendaulat di RRI, yang ingin dirubah menjadi Radio Republik Demokratik Malaya.
DN Aidit tertangkap saat sedang menyembah mambang peliharaannya di lemari. Bau kemenyan ala karet Malaysia dengan mudah tercium oleh Kopassus yang pernah bertugas sewaktu Dwikora. Aidit lari-lari, bukan semakin jauh dengan TNI, malah semakin dekat. Tak ada waktu lagi. Dia kemudian melihat foto Boneka kesayangannya, Tedi. Ternyata itu cuma pancingan, dan tertembaklah ia di Wonogiri.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar