Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan
kognitif, berarti faktor intelek / kognisi sangat berpengaruh terhadap
perkembangan kemampuan berbahasa. Bayi yang tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana.
Semakin bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami ligkungan,
maka bahasa mulai berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke
bahasa yang komplek Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena
bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi)
belajar bahasa seperti halnya belajar hal yang lain. “meniru” dan “menguasai
hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa awal. Bayi bersuara
“mmm mmm”, ibunya tersenyum, mengulang menirukan dan memperjelas dengan memberi
arti suara itu menjadi “maem-maem”. Bayi belajar menambah kata-kata dengan
meniru bunyi-bunyi yang didengarnya. Manusia dewasa (terutama ibunya) di
sekelilingnya membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenarnya baru
dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, di saat anak mulai bersekolah. Jadi
perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat-alat
berkomunikasi dengan cara lisan, tertulis. Maupun menggunakan tanda-tanda dan
isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di artikan sebagai upaya seseorang
untuk dapat memahami dan dipahami orang lain (Sunarto dan Hartono, 1994 : 114).
Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan yang
lain. Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap
ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna ide
dan gagasan itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan
menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang
diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi
tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemrosesan pikir ini diakibatkan
kekurang mampu ini dalam bahasa.
Upaya-Upaya Pengembangan dalam Perkembangan Bahasa Remaja.
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa hal yang
bervariasi bahasanya, baik kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru
harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan
pada potensi dan kemampuan anak.
Pertama, anak perlu
melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan
dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini
senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang dan tingkat kemampuan
bahasa muridnya.
Kedua, berdasarkan hasil identifikasi itu guru melakukan
pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan
yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi
pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya,
sehingga para murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan
yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian
secara mandisik, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan
bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan bentuk pola bahasa
masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan
rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pada
itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat kabar, majalah dan lain-lainnya
hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar