pernah denger
lagunya sulis?? Yang judulnya ibu…
Ibu..Ibu..Ibu..Ibu
Ibu senandung laguku
Kunyanyikan s’lalu untukmu
Engkau penyejuk hatiku
Tanpamu tiadalah aku
Kunyanyikan s’lalu untukmu
Engkau penyejuk hatiku
Tanpamu tiadalah aku
Ku selalu kumohon doamu
Bahagia hidup matiku
Ibu kaulah harapanku
Tanpamu tiadalah aku
Bahagia hidup matiku
Ibu kaulah harapanku
Tanpamu tiadalah aku
Pelita hidupku
Penerang hati ku
Belahan jiwa ku
Kau matahari ku
Ibu……….
Penerang hati ku
Belahan jiwa ku
Kau matahari ku
Ibu……….
Sorga ditelapak kakimu
Ridho Allah dengan ridhomu
Begitulah sabda nabiku
Tanpamu tiadalah aku
Ridho Allah dengan ridhomu
Begitulah sabda nabiku
Tanpamu tiadalah aku
Ibu perisai hidupku
Pertaruhkan nyawa bagiku
Cintamu terangi jalanku
Tanpamu tiadalah aku
Pertaruhkan nyawa bagiku
Cintamu terangi jalanku
Tanpamu tiadalah aku
Ibu…Ibu…Ibu…Ibu…
Ibu…Ibu…Ibu…Ibu
Ibu…Ibu…Ibu…Ibu
Hanya lah ibu ku
Curahan hati ku
Penawar luka ku
Bidadari ku
Ibu……..
Curahan hati ku
Penawar luka ku
Bidadari ku
Ibu……..
Seberapa berharganya
seorang ibu untuk kita…. Sejatinya, mendampingi dan mendidik anak bukanlah
pekerjaan yang mudah. Dalam melakukan pekerjaan ini diperlukan sikap tanggung
jawab, niat yang ikhlas dan juga sifat yang sabar, karena banyak hal yang perlu
dilakukan berulang-ulang, misalnya ketika anak harus selalu diingatkan,
orangtua harus terus menasehatinya. Itulah susah payah dari orang tua…
Membesarkan anak
dengan sungguh-sungguh memang perlu pengorbanan yang tidak sedikit. Orangtua
perlu berkorban waktu, tenaga, pikiran, perasaan dan juga materi untuk
menafkahinya. Tetapi, yakinlah bahwa segala pengorbanan yang diberikan untuk
mendampingi anak tersebut, cepat atau lambat akan segera kita petik hasilnya.
Seperti tercantum dalam buku karya Ali Hasan (2011) menyatakan bahwa
sesungguhnya segala proses yang dilakukan orangtua dalam mendidik anak
merupakan proses yang menjamin diri orangtua itu sendiri. Keberhasilan orangtua
dalam mendidik anaknya searah dengan jaminan bagi diri orangtua tersebut.
Sehingga, seharusnya orangtua tidak lalai dalam proses mendidik anak. Sebab, ia
melakukan pekerjaan tersebut semata-mata untuk keberuntungan dirinya sendiri,
baik di dunia maupun di akhirat.
Jaminan di dunia,
orangtua yang telah berhasil mencetak anaknya menjadi seseorang yang baik di
mata keluarga dan juga lingkungannya, orangtua tersebut akan mendapatkan
keberuntungan dan kebahagiaan yang berimbang dengan keberhasilan yang dicapai
oleh anaknya tersebut di dunia. Misalnya, ketika seorang anak soleh itu
berhasil dalam meraih kehidupannya di dunia, kecil sekali kemungkinannya
membiarkan orangtuanya berada dalam penderitaan. Minimal orangtuanya tersebut
akan mendapatkan kebahagiaan berupa materi dari anaknya.
Jaminan di
akhirat. Ketika orangtua meninggalkan anak soleh, seperti yang dijanjikan oleh
Alloh SWT, orangtua tersebut akan ditinggikan derajatnya (HR. Ahmad, Ibnu Majah
dan Baihaqi) dan akan selamat dari siksa neraka (HR. Baihaqi).
KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN PAHALANYA
[1]. Merupakan
Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin
Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.
“ Aku bertanya
kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam
riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian
apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi:
‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’
[2]. Ridha Allah
Bergantung Kepada Ridha Orang Tua
Sesuai hadits
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan:
“Dari ‘Abdullah
bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada keridhaan orang tua dan
murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”
[3]. Berbakti
Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami
Yaitu, dengan cara
bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari
Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam
gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.
[4]. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan
Umur
Sesuai sabda Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam
“Barangsiapa yang
ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung
silaturrahimnya.”
Dalam silaturahmi,
yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada yang
lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering berkunjung kepada
teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah.
Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun
harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua, karena
dekat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan
umurnya.
[5]. Akan
Dimasukkan Ke Surga Oleh Allah ‘Azza wa Jalla
Berbuat baik
kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju
Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan mengakibatkan seorang anak tidak
masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang Allah ‘Azza wa Jalla segerakan
adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan durhaka kepada orang tua. Dengan
demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah akan
meng-hindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla
dan akan dimasukkan ke Surga.
BENTUK-BENTUK
DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA
[1]. Menimbulkan
gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun perbuatan yang
mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.
[2]. Berkata “ah”
atau “cis” dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.
[3]. Membentak
atau menghardik orang tua.
[4]. Bakhil atau
kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan yang lain
daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat membutuhkan.
Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh perhitungan.
[5]. Bermuka masam
dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang tua, mengatakan bodoh,
“kolot”, dan lain-lain.
[6]. Menyuruh
orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan. Pekerjaan
tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka sudah tua dan
lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan kemauannya
sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak harus berterima
kasih dan membantu orang tua.
[7]. Menyebut
kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan nama baik orang
tua.
[8]. Memasukkan
kemungkaran ke dalam rumah, misalnya mengisap rokok, dan lain-lain.
[9]. Lebih
mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang yang tega
mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
Nas-alullaahas
salaamah wal ‘aafiyah
[10]. Malu
mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan keberadaan orang tua
dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat. Tidak diragukan lagi,
sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela, bahkan termasuk kedurhakaan
yang keji dan nista.
BENTUK-BENTUK
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
[1]. Bergaul
bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada seseorang mukmin
termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi kegembiraan kepada orang tua
kita
[2]. Berkata
kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan adab
ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada anak, teman atau dengan
yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua.
[3]. Tawadhu’
(rendah hati). Tidak boleh kibr (som-bong) apabila sudah meraih sukses atau
memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam keadaan hina
dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan pakaian oleh orang
tua.
[4]. Memberi infaq
(shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya semua harta kita
adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu kepada kedua orang
tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.
[5 ]. Mendo’akan
kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:
“Wahai Rabb-ku,
kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku sewaktu kecil.”
Seandainya orang
tua masih berbuat syirik serta bid’ah, kita tetap harus berlaku lemah lembut
kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali kepada Tauhid dan Sunnah.
Bagaimana pun, syirik dan bid’ah adalah sebesar-besar kemungkaran, maka kita
harus mencegahnya semampu kita dengan dasar ilmu, lemah lembut dan kesabaran.
Sambil terus berdo’a siang dan malam agar orang tua kita diberi petunjuk ke
jalan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar