Sabtu, 27 April 2013

Pendidikan secara Islami kepada Islam



Alangkah sempurnanya agama Islam yang telah mengatur kehidupan penganutnya sampai pada masalah sifat keturunan yang dapat membentuk karakter seseorang. Islam senantiasa menuntun penganutnya untuk senantiasa melakukan kabajikan sehingga anak dan keturunannya pun menjadi orang yang baik. Hal ini berarti bahwa pendidikan dimulai ketika orang tuanya belum menikah. Bagaimana setiap individu untuk mendapatkan pasangan hidupnya.
Dalam pemilihan pasangan ini, terdapat hadist Rosululloh , hadistnya:
Seorang perempuan (biasanya) dinikahi karena empat sebab, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah perempuan yang memiliki Agama, (kalau tidak) tanganmu penuh debu (engkau akan menemui kesusahan)” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, seseorang yang akan menikah harus meniatkan pernikahannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada allah SWT. Jika hanya didasarkan hawa nafsu, anak yang dihasilkan tersebut sulit untuk diharapkan menjadi anak saleh karena hubungan antara keduanya hanya berdasarkan hawa nafsu saja.
Ketika seorang istri mengandung, kedua pasangan disunnahkan untuk memperbanyak amal dan dzikir kepada Allah, diantaranya dengan memperbanyak membaca Al-Quran agar saat anak tersebut lahir, ia telah terbiasa dengan lantunan Al-Quran.
Ketika seorang anak dilahirkan, Islam menganjurkan agar mengumandangkan azan di telinga kanan bayi dan ikamah di telinga kiri bayi. Hal ini dilakukan agar sebelum ada banyak kita yang didengarkan oleh sang jabang bayi, kata-kata pertamayang didengar oleh bayi ketika lahir didunia adalah kalimat tauhid.
Upaya untuk menjadikan anak yang shaleh tidak bisa dilaksanakan dengan instan. Apalagi dimulai sejak anak masuk sekolah. Mendidik anak menjadi saleh harus dimulai dari diri pribadi seorang muslim, yaitu dengan menjadikannya diri sendiri sebagai orang yang saleh, kemudian diiringi dengan pemilihan calon ibu atau istri yang shalihah.
Pada saat ibu hamil harus bisa menjaga ketenangan batinnya agar tidak memproduksi hormone kortisol berlebihan. Disinilah pentingnya kita mendekatkan diri kepada Allah dengan senantiasa berdzikir dan berdoa agar hati tenang. Allah berfirman Q.S: Ar-Ra’du, 28 yang artinya “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, Ingatlah! Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”.
Bila ibu hamil sering memperdengarkan bacaan Al-Quran pada janinnya, ternyata hal itu dapat merangsang sel-sel otak janin sebelum lahir. Namun hal tersebut bukan berarti janin akan lebih cerdas dengan kapasitas dan volume otak yang lebih besar karena volume otak sudah ditentukan oleh gen masing-masing. Setidaknya sel-sel otak tersebut sudah dirangsang sedini munhkin hingga dapat bekerja lebih optimal. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya banyak mendekatkan diri terhadap Allah agar terhindar dari stress yang dapat merugikan janin, dan jiwanya menjadi lebih tenang. Salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan membaca Al-Quran. Selain dapat menenangkan sang ibu, memca Al-Quran juga dapat merangsang sel-sel otak anak sehingga dapat mencerdaskan anak.
Selain itu, ternyata sebuah penelitian menyatakan bahwa Al-Quran dapat merangsang tingkat intelegensia (IQ) anak. Hal itu terjadi jika ayat-ayat suci Al-Quran diperdengarkan di dekat mereka. Dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam, Dr. Nurhayati dari Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya, mengenai pengaruh bacaan Al-Quran dalam meningkatkan IQ bayi yang baru lahir. Beliau mengatakan bahwa bayi yang baru berusia 48 jam saja akanlangsung memperlihatkan reaksi ajah ceria dan sikap yang lebih tenang ketia diperdengarkan ayat suci Al-Quran.
Saraf-saraf otak pada bayi yang baru lahir ibarat flashdisk kosong yang siap diisi apapun. Saraf-saraf tersebut siap dianyam menjadi jalinan akal dengan masukan berbagai peristiwa dalam kehidupannya, sehinggga terciptalah sebuah ruang yang berisi wawasan tertentu.
Dalam dua tahun pertama kelahirannya, perkembangannya otak dan hubungan antar selnya mengalami pertumbuhan yang pesat. Dalam jangka waktu setahun kemudian, otak telah mempunyai lebih dari 300 triliun koneksi, sebuah kondisi yang sulit terjadi pada usia dewasa, terlebih bagi orang yang berusia lanjut. Oleh karena itu, pakay perkembangan anak menyebut usia belita sebagai golden age bagi perkembangan intelegensi anak. Jika orang tua tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan memberikan stimulus yang tepat, kemampuan otak anak dalan menganyam sel-sel otak tidak akan berpengaruh sama sekali karena kesempatan untuk memperkuat koneksi otak terbuka luas selama masa anak-anak. Namun, akan semakin baik jika orang tua pun ikut aktif membantu stimulusinya.
Otak janin telah berkembang jauh sebelum ia dilahirkan. Oleh karena itu, selama masa penting ini orang tua terutama ibu harus menciptakan lingkungan yang kondusif dan baik untuk perkembangan otaknya. Jika dalam perkembangan otak dibiarkan begitu saja, tanpa ada stimulus, bisa jadi otak akan menderita dan menganggur sehingga akan mempengaruhi tingkat kecerdasan.
Ada dua faktor yang saling berkait erat dalam menentukan kecerdasan seorang anak yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan. Untuk mengembangkan kecerdasan, diperlukan tiga hal pokokyang harus diberikan secara bersamaan sejak anak masih dalam kandungan karena ketiganya saling memengaruhi. Keiga hal itu adalah kebutuhan fisik-bioogis, kebutuhan emosi dan kebutuhan stimulasi.
Pendidikan anak memang dimulai dari keluarga. Dimulai dari memilih pasangan hidup yang baik sehingga akan menurunkan generasi yang baik pula. Pembiasaan dalam keluarga akan menjadi bekal sang anak dalam mengarungi kehidupannya, baik itu kebiasaan baik ataupun kebiasaan buruk. Oleh karena itu, hendaklah kita berakhlak yang baik agar kelak anak keturunan kita pun akan meniru kita dengan menjalankan perilaku yang baik pula.
Berikut ini beberapa cara yang dapat ditempuh oleh orang tua dalam rangka berupaya membeikan pendidikan secara islami kepada anak-anaknya yang dadaptasi dari pendapat ekskrim dan Beshir:
1.      Membiasakan anak sdini mungkin untuk mengenal Allah dan menghubungkan segala sesuatu dengan Allah. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian pujian tau hadiah ketika anak melaksanakan ibadah. Menceritakan kisah orang-orang shaleh. Menseritakan kasih sayang Allah terhadap orang-orang yang beribadah dengan baik. Selain itu juga sering mengajak anak untuk terlibat langsung dalam pelaksanaan ibadah dan aktifitas-aktifitas keagamaan yang lain. Misalnya, selalu mengajak anak untuk anak sholat keluarga muslim yang lain, atau perayaan-perayaan hari-hari besar keagamaan yang lain.
2.      Memberikan pelajaran kepada anak untuk menghormati orang yang lebih tua, menghargai teman yang sebaya, dan menyayangi yang lebih kecil. Bisa dimulai dengan sapaan yang pantas kepada yang lebih tua dan berkata lembut kepada teman sebaya.
3.      Memberikan contoh kepada anak untuk selalu ramah kepada semua orang, lemah lembut, saling menyayangi, serta ringan tangan membantu orang lain yang kesusahan. Memupuk sifat kedermawaan anak kecil dengan mengajarkan untuk bersedekah kepda orang-orang yang memerlukan.
4.      Tidak mengajarkan kekerasan dan tidak memperlihatkan kekerasan di depan anak. Hal ini sebagaimana Rosulullah mendidik anak-anaknya dan memerlukan sahabat-sahabatnya, yaitu bahwa Rosulullah tidak pernah menggunakan kekerasan untuk mendidik mereka dan tidak pernah pula mengajarkan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah atau menghukum kesalahan anak.
5.      Menegur anak dengan cara yang baik, singka, serta tidak selalu mengulang-ulang dan mengungkit-ungkit kesalahan anak. Teguran yang terlalu sering, apalagi tidak diiringi dengan pemahaman baik dan buruknya dari perbuatan yang menyebabkan anak ditegur, tak akan membuat anak menurut dan mengindahkan teguran tersebut, tapi justru akan lebih tertantang untuk melakukan hal-hal yang sebaliknya.
6.      Bersikap adil terhadap anak dan tidak pilih kasih. Terkadang orang tua lebih menyayangi salah satu anaknya dibandingkan anaknya yang lain karena mungkin lebih patuh atau dilihat lebih pandai. Sabda Rosulullah: “Perlakukan anak-anak kalian dengan adil, perlakukan anak-anak kalian dengan adil, perlakukan anak-anak kalian dengan adil”.(H.R. Imam Ahmad)
7.      Mengajari anak bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dilakukannya. Hal ini bisa dimulai dengan membiasakan anak untuk selalu membereskan mainannya kembali setelah bermain, meletakkan barang-barang pada tempatnya kembali. Menerima resiko dari kesalahan yang dilakukan sehingga ketika anak dewasa telah terbangun dalam dirinya kebiasaan untuk bertanggung jawab kepada Allah atas segala perbuatannya karena setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.
8.      Menanamkan ke dalam diri anak pentingnya perbuatan baik. Bahwa perbuatan baik. Bahwa perbuatan baik akan mendapat pahala dari Allah, kebahagiaan hidup di akhirat, dan menghapuskan dosa-dosa yang telah kita lakukan.
9.      Tidak pelit untuk memberikan pujian kepada anaj serta senantiasa menunjukkan dukungan terhadap perilaku positif anak. Sebisa mungkin untuk tidak menegur anak, apalagi dengan nada yang menyalahkan. Misalnya, ketika anak sedang belajar gerakan sholat, ketika sujud. saat anak belum bisa menekuk semua ujung jari kea rah kiblat. Jangan katakana “Bukan begitucaranya. Padahal kemaren udah ibu ajari. Masa belum bisa juga”. Coba dengan kata lain yang lebih bernada positof dan memberikan dorongan untuk lebih baik. “Subhanallah, ternyata kakak sudah bisa melakukan gerakan sujud, coba sempurnakan gerakan biar semakin disayang Allah dengan seperti ini” (ibu berkata sambil menunjukkan contoh gerakan yang benar).
10.  Membiasakan dan menciptakan suasana terbuka didalam rumah dan orang tua bisa berperan sebagai teman. Hal ini tentu sangat baik karena membiasakan anak untuk terbuka sejak kecil.
11.  Memberikan oendidikan dengan cara bertahap dan disesuaikan dengan usia anak.
12.  Berkomunikasi dengan jelas, benar dan tepat. Penguasaan seni berkomunikasi yang sederhana diperlukan oleh orang tua karena tidak sedikit terjadi konflik anak dan orang tua terjadi berawal dari salah komunikasi.
13.  Memperhatikan waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak.
14.  Mendengarkan. Tidak selamanya anak yang harus mendengarkan orang tua. Orang tua pun harus mau mendengarkan anak.
15.  Membekali anak dengan berbagai keterampilan, sehingga anak bisa tetap bertahan menjalani kehidupan ini. Umar bin Khattab mengatakan bahwa Rosulullah bersabda “Ajarkan anak-anakmu berenang, memanah, dan menunggang kuda”.
16.  Mengubah kebiasaan jelek yang sudah ingkar dengan memberikan alternatif yang lebih positif. Seperti mengurangi kecanduan anak terhadap televisi dengan memberikan tontonan berupa video-video islami atau bacaan-bacaan yang menarik.
17.  tidak memarahi anak dengan cara membabi buta dan menahan diri ketika marah.
18.  Melatih anak untuk bekerja sama. Hal ini sangat penting untuk bekal anak kelak bermasyarakat.
19.  Membiasakan anak untuk rutin membaca Al Quran
20.  Selalu menepati janji  apabila berjanji kepada anak. Sering kali orang tua membujuk anak dengan memberikan janji-janji tertentu yang kemudiab tidak pernah dipenuhi, jangan membiasakan hal ini.
21.  Sabarlah, tidak selamanya anak bersikap manis. Oleh karena itu bersabarlah dalam mendidik anak.
22.  Mengajarkan anak untuk memiliki rasa malu. Membiasakan anak untuk memakai baju di dalam kamar dan mengenalkan hal-hal yang pantas untuk dilihat dan dilakukan serta hal-hal yang harus ditinggalkan.
23.  Menjelaskan kandungan Al-Quran  dan hadist dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak dan analogi yang mudah di cerna.
24.  Memberikan pendidikan dan pemahaman yang menyeluruh terhadap anak. Misalnya, denan menyeimbangkan antara pendidikan umum dan  agama yang diterima anaj serta mengenalkan hukum agama secara menyeluruh.

Selain hal-hal itu di atas, hal terakhit dans angat penting dalam mendidik anak secara islami adalag pemberian rezeki yang halal. Jangan sampai ada rezeki yang tidak halal sedikitpun, karena hal itu dapat mempengaruhi usaha kita dalam membentuk generasi yag saleh. Anak yang saleh adalah tabungan kita di dunia dan akhirat sehingga dalam mengusahakan pun harus diupayakan hal-hal yag baik. Demikian sedikit pengantar hal-hal yang bisa kita terapkan dalamkehidupan sehari-hari ketika mendidik anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar