Alangkah sempurnanya agama Islam
yang telah mengatur kehidupan penganutnya sampai pada masalah sifat keturunan
yang dapat membentuk karakter seseorang. Islam senantiasa menuntun penganutnya
untuk senantiasa melakukan kabajikan sehingga anak dan keturunannya pun menjadi
orang yang baik. Hal ini berarti bahwa pendidikan dimulai ketika orang tuanya
belum menikah. Bagaimana setiap individu untuk mendapatkan pasangan hidupnya.
Dalam pemilihan pasangan ini,
terdapat hadist Rosululloh , hadistnya:
“Seorang perempuan (biasanya) dinikahi karena
empat sebab, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya.
Pilihlah perempuan yang memiliki Agama, (kalau tidak) tanganmu penuh debu
(engkau akan menemui kesusahan)” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Selain itu, seseorang yang akan
menikah harus meniatkan pernikahannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri
kepada allah SWT. Jika hanya didasarkan hawa nafsu, anak yang dihasilkan
tersebut sulit untuk diharapkan menjadi anak saleh karena hubungan antara
keduanya hanya berdasarkan hawa nafsu saja.
Ketika seorang istri mengandung,
kedua pasangan disunnahkan untuk memperbanyak amal dan dzikir kepada Allah,
diantaranya dengan memperbanyak membaca Al-Quran agar saat anak tersebut lahir,
ia telah terbiasa dengan lantunan Al-Quran.
Ketika seorang anak dilahirkan,
Islam menganjurkan agar mengumandangkan azan di telinga kanan bayi dan ikamah
di telinga kiri bayi. Hal ini dilakukan agar sebelum ada banyak kita yang
didengarkan oleh sang jabang bayi, kata-kata pertamayang didengar oleh bayi
ketika lahir didunia adalah kalimat tauhid.
Upaya untuk menjadikan anak yang
shaleh tidak bisa dilaksanakan dengan instan. Apalagi dimulai sejak anak masuk
sekolah. Mendidik anak menjadi saleh harus dimulai dari diri pribadi seorang
muslim, yaitu dengan menjadikannya diri sendiri sebagai orang yang saleh,
kemudian diiringi dengan pemilihan calon ibu atau istri yang shalihah.
Pada saat ibu hamil harus bisa
menjaga ketenangan batinnya agar tidak memproduksi hormone kortisol berlebihan.
Disinilah pentingnya kita mendekatkan diri kepada Allah dengan senantiasa
berdzikir dan berdoa agar hati tenang. Allah berfirman Q.S: Ar-Ra’du, 28 yang
artinya “Orang-orang yang beriman dan
hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, Ingatlah! Hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenang”.
Bila ibu hamil sering
memperdengarkan bacaan Al-Quran pada janinnya, ternyata hal itu dapat
merangsang sel-sel otak janin sebelum lahir. Namun hal tersebut bukan berarti
janin akan lebih cerdas dengan kapasitas dan volume otak yang lebih besar
karena volume otak sudah ditentukan oleh gen masing-masing. Setidaknya sel-sel
otak tersebut sudah dirangsang sedini munhkin hingga dapat bekerja lebih
optimal. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya banyak mendekatkan diri terhadap
Allah agar terhindar dari stress yang dapat merugikan janin, dan jiwanya
menjadi lebih tenang. Salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah adalah
dengan membaca Al-Quran. Selain dapat menenangkan sang ibu, memca Al-Quran juga
dapat merangsang sel-sel otak anak sehingga dapat mencerdaskan anak.
Selain itu, ternyata sebuah
penelitian menyatakan bahwa Al-Quran dapat merangsang tingkat intelegensia (IQ)
anak. Hal itu terjadi jika ayat-ayat suci Al-Quran diperdengarkan di dekat mereka.
Dalam sebuah seminar konseling dan psikoterapi Islam, Dr. Nurhayati dari
Malaysia mengemukakan hasil penelitiannya, mengenai pengaruh bacaan Al-Quran
dalam meningkatkan IQ bayi yang baru lahir. Beliau mengatakan bahwa bayi yang
baru berusia 48 jam saja akanlangsung memperlihatkan reaksi ajah ceria dan
sikap yang lebih tenang ketia diperdengarkan ayat suci Al-Quran.
Saraf-saraf otak pada bayi yang
baru lahir ibarat flashdisk kosong yang siap diisi apapun. Saraf-saraf tersebut
siap dianyam menjadi jalinan akal dengan masukan berbagai peristiwa dalam
kehidupannya, sehinggga terciptalah sebuah ruang yang berisi wawasan tertentu.
Dalam dua tahun pertama
kelahirannya, perkembangannya otak dan hubungan antar selnya mengalami
pertumbuhan yang pesat. Dalam jangka waktu setahun kemudian, otak telah
mempunyai lebih dari 300 triliun koneksi, sebuah kondisi yang sulit terjadi
pada usia dewasa, terlebih bagi orang yang berusia lanjut. Oleh karena itu,
pakay perkembangan anak menyebut usia belita sebagai golden age bagi perkembangan intelegensi anak. Jika orang tua tidak
memanfaatkan kesempatan ini dengan memberikan stimulus yang tepat, kemampuan
otak anak dalan menganyam sel-sel otak tidak akan berpengaruh sama sekali
karena kesempatan untuk memperkuat koneksi otak terbuka luas selama masa
anak-anak. Namun, akan semakin baik jika orang tua pun ikut aktif membantu
stimulusinya.
Otak janin telah berkembang jauh
sebelum ia dilahirkan. Oleh karena itu, selama masa penting ini orang tua
terutama ibu harus menciptakan lingkungan yang kondusif dan baik untuk
perkembangan otaknya. Jika dalam perkembangan otak dibiarkan begitu saja, tanpa
ada stimulus, bisa jadi otak akan menderita dan menganggur sehingga akan
mempengaruhi tingkat kecerdasan.
Ada dua faktor yang saling berkait erat
dalam menentukan kecerdasan seorang anak yaitu faktor keturunan dan faktor
lingkungan. Untuk mengembangkan kecerdasan, diperlukan tiga hal pokokyang harus
diberikan secara bersamaan sejak anak masih dalam kandungan karena ketiganya
saling memengaruhi. Keiga hal itu adalah kebutuhan fisik-bioogis, kebutuhan
emosi dan kebutuhan stimulasi.
Pendidikan anak memang dimulai dari
keluarga. Dimulai dari memilih pasangan hidup yang baik sehingga akan
menurunkan generasi yang baik pula. Pembiasaan dalam keluarga akan menjadi
bekal sang anak dalam mengarungi kehidupannya, baik itu kebiasaan baik ataupun
kebiasaan buruk. Oleh karena itu, hendaklah kita berakhlak yang baik agar kelak
anak keturunan kita pun akan meniru kita dengan menjalankan perilaku yang baik
pula.
Berikut ini beberapa cara yang
dapat ditempuh oleh orang tua dalam rangka berupaya membeikan pendidikan secara
islami kepada anak-anaknya yang dadaptasi dari pendapat ekskrim dan Beshir:
1. Membiasakan
anak sdini mungkin untuk mengenal Allah dan menghubungkan segala sesuatu dengan
Allah. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian pujian tau hadiah ketika anak
melaksanakan ibadah. Menceritakan kisah orang-orang shaleh. Menseritakan kasih
sayang Allah terhadap orang-orang yang beribadah dengan baik. Selain itu juga
sering mengajak anak untuk terlibat langsung dalam pelaksanaan ibadah dan
aktifitas-aktifitas keagamaan yang lain. Misalnya, selalu mengajak anak untuk
anak sholat keluarga muslim yang lain, atau perayaan-perayaan hari-hari besar
keagamaan yang lain.
2. Memberikan
pelajaran kepada anak untuk menghormati orang yang lebih tua, menghargai teman
yang sebaya, dan menyayangi yang lebih kecil. Bisa dimulai dengan sapaan yang
pantas kepada yang lebih tua dan berkata lembut kepada teman sebaya.
3. Memberikan
contoh kepada anak untuk selalu ramah kepada semua orang, lemah lembut, saling
menyayangi, serta ringan tangan membantu orang lain yang kesusahan. Memupuk
sifat kedermawaan anak kecil dengan mengajarkan untuk bersedekah kepda
orang-orang yang memerlukan.
4. Tidak
mengajarkan kekerasan dan tidak memperlihatkan kekerasan di depan anak. Hal ini
sebagaimana Rosulullah mendidik anak-anaknya dan memerlukan sahabat-sahabatnya,
yaitu bahwa Rosulullah tidak pernah menggunakan kekerasan untuk mendidik mereka
dan tidak pernah pula mengajarkan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan
masalah atau menghukum kesalahan anak.
5. Menegur
anak dengan cara yang baik, singka, serta tidak selalu mengulang-ulang dan
mengungkit-ungkit kesalahan anak. Teguran yang terlalu sering, apalagi tidak
diiringi dengan pemahaman baik dan buruknya dari perbuatan yang menyebabkan
anak ditegur, tak akan membuat anak menurut dan mengindahkan teguran tersebut,
tapi justru akan lebih tertantang untuk melakukan hal-hal yang sebaliknya.
6. Bersikap
adil terhadap anak dan tidak pilih kasih. Terkadang orang tua lebih menyayangi
salah satu anaknya dibandingkan anaknya yang lain karena mungkin lebih patuh
atau dilihat lebih pandai. Sabda Rosulullah: “Perlakukan anak-anak kalian dengan adil, perlakukan anak-anak kalian dengan
adil, perlakukan anak-anak kalian dengan adil”.(H.R. Imam Ahmad)
7. Mengajari
anak bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dilakukannya. Hal ini
bisa dimulai dengan membiasakan anak untuk selalu membereskan mainannya kembali
setelah bermain, meletakkan barang-barang pada tempatnya kembali. Menerima
resiko dari kesalahan yang dilakukan sehingga ketika anak dewasa telah
terbangun dalam dirinya kebiasaan untuk bertanggung jawab kepada Allah atas
segala perbuatannya karena setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban
kelak di akhirat.
8. Menanamkan
ke dalam diri anak pentingnya perbuatan baik. Bahwa perbuatan baik. Bahwa
perbuatan baik akan mendapat pahala dari Allah, kebahagiaan hidup di akhirat,
dan menghapuskan dosa-dosa yang telah kita lakukan.
9. Tidak
pelit untuk memberikan pujian kepada anaj serta senantiasa menunjukkan dukungan
terhadap perilaku positif anak. Sebisa mungkin untuk tidak menegur anak,
apalagi dengan nada yang menyalahkan. Misalnya, ketika anak sedang belajar gerakan
sholat, ketika sujud. saat anak belum bisa menekuk semua ujung jari kea rah
kiblat. Jangan katakana “Bukan begitucaranya. Padahal kemaren udah ibu ajari.
Masa belum bisa juga”. Coba dengan kata lain yang lebih bernada positof dan
memberikan dorongan untuk lebih baik. “Subhanallah, ternyata kakak sudah bisa
melakukan gerakan sujud, coba sempurnakan gerakan biar semakin disayang Allah
dengan seperti ini” (ibu berkata sambil menunjukkan contoh gerakan yang benar).
10. Membiasakan
dan menciptakan suasana terbuka didalam rumah dan orang tua bisa berperan
sebagai teman. Hal ini tentu sangat baik karena membiasakan anak untuk terbuka
sejak kecil.
11. Memberikan
oendidikan dengan cara bertahap dan disesuaikan dengan usia anak.
12. Berkomunikasi
dengan jelas, benar dan tepat. Penguasaan seni berkomunikasi yang sederhana
diperlukan oleh orang tua karena tidak sedikit terjadi konflik anak dan orang
tua terjadi berawal dari salah komunikasi.
13. Memperhatikan
waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak.
14. Mendengarkan.
Tidak selamanya anak yang harus mendengarkan orang tua. Orang tua pun harus mau
mendengarkan anak.
15. Membekali
anak dengan berbagai keterampilan, sehingga anak bisa tetap bertahan menjalani
kehidupan ini. Umar bin Khattab mengatakan bahwa Rosulullah bersabda “Ajarkan anak-anakmu berenang, memanah, dan
menunggang kuda”.
16. Mengubah
kebiasaan jelek yang sudah ingkar dengan memberikan alternatif yang lebih
positif. Seperti mengurangi kecanduan anak terhadap televisi dengan memberikan
tontonan berupa video-video islami atau bacaan-bacaan yang menarik.
17. tidak
memarahi anak dengan cara membabi buta dan menahan diri ketika marah.
18. Melatih
anak untuk bekerja sama. Hal ini sangat penting untuk bekal anak kelak
bermasyarakat.
19. Membiasakan
anak untuk rutin membaca Al Quran
20. Selalu
menepati janji apabila berjanji kepada
anak. Sering kali orang tua membujuk anak dengan memberikan janji-janji
tertentu yang kemudiab tidak pernah dipenuhi, jangan membiasakan hal ini.
21. Sabarlah,
tidak selamanya anak bersikap manis. Oleh karena itu bersabarlah dalam mendidik
anak.
22. Mengajarkan
anak untuk memiliki rasa malu. Membiasakan anak untuk memakai baju di dalam
kamar dan mengenalkan hal-hal yang pantas untuk dilihat dan dilakukan serta
hal-hal yang harus ditinggalkan.
23. Menjelaskan
kandungan Al-Quran dan hadist dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh anak dan analogi yang mudah di cerna.
24. Memberikan
pendidikan dan pemahaman yang menyeluruh terhadap anak. Misalnya, denan
menyeimbangkan antara pendidikan umum dan
agama yang diterima anaj serta mengenalkan hukum agama secara
menyeluruh.
Selain
hal-hal itu di atas, hal terakhit dans angat penting dalam mendidik anak secara
islami adalag pemberian rezeki yang halal. Jangan sampai ada rezeki yang tidak
halal sedikitpun, karena hal itu dapat mempengaruhi usaha kita dalam membentuk
generasi yag saleh. Anak yang saleh adalah tabungan kita di dunia dan akhirat
sehingga dalam mengusahakan pun harus diupayakan hal-hal yag baik. Demikian
sedikit pengantar hal-hal yang bisa kita terapkan dalamkehidupan sehari-hari
ketika mendidik anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar